Senin 04 May 2015 18:36 WIB

Eksekusi Mati tak Ganggu Kerja Sama Militer

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Julkifli Marbun
Hukuman Mati..(ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Hukuman Mati..(ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah negara bereaksi keras terhadap pelaksanaan hukuman mati yang menimpa warga negaranya di Indonesia. Bahkan, Australia sempat menarik duta besarnya dari Indonesia sebagai reaksi atas pelaksanaan hukuman mati yang menimpa dua warga negaranya, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.

Padahal, jika menilik kerja sama militer antara kedua negara, baik Indonesia dan Australia memiliki sejumlah kerja sama, termasuk sejumlah latihan bersama. Pun dengan Brasil, yang sempat memprotes rencana pelaksanaan hukuman mati terhadap Rodrigo Gularte. Kerjasama militer antara Indonesia dan Brasil pun sempat terjalin, terutama dalam rencana pembelian Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista).

Selain Australia dan Brasil, hubungan Indonesia dengan Prancis juga sempat memanas lantaran adanya rencana eksekusi hukuman mati terhadap salah satu warga negara Prancis, Sergei Ataloui. Dengan Prancis, Indonesia memang sempat bekerjasama dalam pengadaan kapal perang.

Kerja sama-kerja sama pertahanan dan militer ini dikhawatirkan terganggu dengan adanya pelaksanaan hukuman mati terhadap gembong narkoba tersebut. Namun, Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, membantah kekhawatiran tersebut. Menurutnya, kerjasama militer antara Indonesia dengan negara-negara tersebut tidak terganggu.

TNI, lanjut Moeldoko, tidak bisa reaktif dalam menyikapi pernyataan negara-negara tersebut. Panglima TNI menilai, dalam hubungan antar negara memang tidak bisa selamanya mulus, ada pula saatnya turun-naik.

"TNI tidak bisa langsung reaktif. TNI sebagai buffer, menjaga keseimbangan. Ada saatnya TNI tegas dan keras, tapi ada saatnya menyeimbangkan kepentingan nasional umum. Disitulah posisi Panglima TNI," ujar Moeldoko usai meresmikan struktur dan status baru POM TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (4/5).

Panglima TNI menambahkan, secara khusus hubungan pertahanan antara Indonesia dan Australia masih terjalin dengan baik. Pun dengan Brasil. Bahkan, ada sejumlah kerjasama pengadaan Alutsista yang masih berjalan dengan Brasil.

"Hubungan dengan Brasil baik, begitu juga dengan Australia baik. Brasil juga masih ada (kerjasama) Alutsista yang masih dilanjutkan. Semua berjalan dengan baik," lanjut mantan KSAD tersebut.

Khusus untuk kerjasama dengan Brasil, Indonesia memang sempat melakukan sejumlah kerjasama pengadaan Alutsista. Indonesia sempat melakukan pemesanan dan pembelian pesawat Super Tucano versi EMB-314/A-29B. Kerja sama itu pun sudah berjalan sejak 2012 silam dan Indonesia berencana membeli 16 pesawat buatan Brasil itu. Hingga awal tahun ini, Brasil baru mengirimkan delapan unit pesawat Super Tucano.

Selain itu, Indonesia juga tengah menunggu kedatangan tambahan Multi Launch Rocket System (MLRS) Astros II, yang baru datang delapan buah dari 40 yang dipesan. MLRS Astros II merupakan sistem artileri pengembangan tercanggih dari Avibras Industri Aerospace, Brasil. Rencananya, kerjasama yang terjalin dari 2012 itu akan terus berlangsung hingga 2016 mendatang dan dengan mekanisme transfer teknologi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement