REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DPR RI mewacanakan untuk membangun gedung baru di kompleks parlemen. Gedung baru ini akan dijadikan ikon parlemen Indonesia. Yaitu, gedung perpustakaan dan museum parlemen.
Namun, gagasan untuk membangun gedung baru ini mendapat kritikan dari berbagai pihak. Banyak pihak menilai, gagasan pembangunan gedung baru DPR ini hanya akal-akalan anggota dewan untuk mendapatkan proyek. Terlebih, kinerja anggota DPR juga belum bagus.
Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon membantah rencana pembangunan gedung baru ini hanya untuk akal-akalan mendapat proyek. Sebab, pembangunan gedung ini akan dilakukan secara transparan.
"Tapi ini harus transparan, disayembarakan dan dikerjakan oleh ahli-ahli, itu prinsipnya," katanya.
Menurutnya, ada kebutuhan terhadap sarana prasarana yang harus dipenuhi sebagai penunjang kinerja anggota.
Sebab, saat ini, kondisi sarana dan prasarana dinilai sudah tidak memadai. Misalnya, dalam satu ruang yang dulu pas-pasan digunakan oleh 3 orang tenaga ahli, sekarang harus digunakan oleh 7 tenaga ahli.
Disisi lain, DPR juga ingin memiliki perpustakaan yang memadai dan dapat diakses oleh semua orang. Bahkan, museum yang akan dibangun harus dapat menjadi sumber pengetahuan baru bagi masyarakat Indonesia. Fadli mengatakan, secara prinsip, hal itulah yang ingin dipenuhi dalam pembangunan gedung baru.
"Secara teknisnya itu akan dibahas di BURT, saya belum tahu," ujarnya.