REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang peringatan Hari Buruh (Mayday) pada 1 Mei mendatang, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Ferry Juliantono mendukung perjuangan kaum buruh untuk menuntut perbaikan nasib kepada pemerintah. Namun, ia menegaskan apapun gerakan yang akan dilakukan setiap organisasi buruh harus tetap dilakukan dengan damai dan simpatik.
“Masalah normatif kaum buruh diantaranya terkait upah, jaminan sosial, outsourcing dan lainnya harus segera dituntaskan oleh pemerintah dengan terobosan kebijakan ketenegakerjaan yang lebih solutif sebelum masalah ini bergeser menjadi masalah politik,” kata Ferry Juliantono di Jakarta, Kamis (30/4).
Menurutnya, pemerintah saat ini seharusnya jauh lebih serius mengatasi masalah penting memperbaiki perburuhan tersebut. “Tidak bisa lagi ditangani dengan cengengesan dan apalagi hanya untuk pencitraan. Jumlah pengangguran akan bertambah dan kemiskinan akan meluas akibat pertumbuhan ekonomi yang kemungkinan menurut saya kisarannya hanya 5 persen,” tegas Ferry yang pasca reformasi ikut membidani lahirnya serikat buruh dan menjadi wakil buruh indonesia pada sidang organisasi buruh dunia, ILO di Genewa pada tahun 2000.
Ia menegaskan, di beberapa negara kebijakan perburuhan sangat jelas. Di Jepang misalnya, pemerintah mewajibkan sebagian saham perusahaannya untuk diberikan kepada buruh atau pekerja melalui serikat pekerja. Laporan hasil keuangan perusahaan juga bisa diakses oleh pekerjanya.
“Ini bisa menumbuhkan perasaan memiliki dari pekerjannya. Hubungan ini diperlukan untuk industri. Di Jepang, kebijakan industri dan perdagangannya disatukan agar sejalan dg kebijakan ketenagakerjaannya,” ungkap Ferry.
Sementara di Indonesia, lanjutnya, kebjakan industri, perdagangan dan ketenagakerjaan terkesan sangat terpisah entitasnya. “Kaum pekerjanya hanya menjadi pelengkap penderita. Saya menangkap signal berbahaya dari banyak sektor bidang ketenagakerjaan yang apabila pemerintah hanya responsif kepada pengusaha dan pemilik modal maka akan memicu masalah ini jadi meledak karena buruh frustasi,” tandas Ferry.
Menurut dia, gerakan buruh di Indonesia menginspirasi banyak pihak. Ketika buruh pekerja di Indonesia mengalami masa sulit karena liberalisasi dan mahalnya barang kebutuhan pokok, mereka saat ini tetap mampu mengorganisir kekuatannya dengan lebih baik dan bahkan ikut memikirkan masalah sosial politik diluar dirinya.
“Kekuatan mahasiswa, petani, nelayan dan lainnya sepatutnya mengambil contoh kekuatan buruh ini. Partai Gerindra tentu sangat mendukung gerakan buruh sepanjang dilakukan dengan damai. Selamat hari buruh sedunia,” tutur Ferry.