REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Bulog Sub Divre Subang, Jabar, tak bisa berkutik dengan penjualan beras hasil hajatan masyarakat. Jadi, perusahaan milik BUMN tersebut, sampai saat ini masih membeli beras hasil hajatan.
Makanya, sering tersiar kabar, beras miskin (raskin) yang dijual oleh Bulog kualitasnya jelek. Hal itu, salah satu dampak dari pembelian beras hasil hajatan.
Kepala Bulog Sub Divre Subang, Dedi Supriyadi, tak menampik bila ada mitra Bulog yang menjual beras hasil hajatan. Bahkan, pihaknya tak bisa membedakan beras yang diterima Bulog itu, merupakan beras hajatan atau bukan.
"Susah membedakannya. Apalagi, bila berasnya sudah di oplos," ujar Dedi, kepada Republika, Rabu (22/4).
Dia menjelaskan, penyerapan lebih banyak di beras ketimbang gabah. Dengan kata lain, mayoritas mitra Bulog menjual sudah berbentuk beras. Tidak lagi berbentuk gabah.
Untuk pembelian beras tersebut, pemerintah telah menetapkan harga (HPP), yakni sebesar Rp 7.300 per kilogram. Harga tersebut, untuk pembelian beras medium.
Rupanya, ada mitra Bulog yang menjual beras hasil dari hajatan. Akan tetapi, pihaknya tak bisa memrediksi berapa prosentasenya. Namun, yang jelas rata-rata setiap mitra menjual beras mencapai 10 ton.
Pihaknya tak bisa menolak kondisi tersebut. Sebab, hal itu sudah jadi kebiasaan. Bahkan, bila Bulog menolaknya, khawatir akan didemo masyarakat. Sebab, pernah Bulog menolak beras hajatan. Masyarakat justru protes. "Masyarakat bilang, berasnya bagus," ujarnya.
Selama beras masyarakat itu bagus, lanjut Dedi, pihaknya tak bisa berkutik. Terkecuali, beras hajatan yang dijual ke Bulog itu ada campuran raskinnya. Baru, akan ditolak.
Sementara itu, Casinah (46 tahun), warga Desa Mariuk, Kecamatan Tambak Dahan, mengaku, pantas saja bila selama ini kualitas raskin jelek. Sebab, beras yang dibeli Bulog merupakan beras hasil hajatan. "Namanya beras hajatan, berarti oplosan. Ada yang bagus dan jelek," ujarnya.
Kualitas raskin yang sering dikeluhkan masyarakat, yakni, bila warnanya kuning kusam. Selain itu, banyak binatang (toko)serta berbau. Beruntung beras itu harganya murah, hanya Rp 2.000 per liter. Jadi, masyarakat masih menggandrunginya.