REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Menko Kemaritiman Prof Dr Ir Dwisuryo Indroyono Soesilo MSc meminta para ilmuwan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) untuk membantu pemerintah dalam mewujudkan Poros Maritim melalui sinergi Sains Dasar secara multidisiplin.
"Pembangunan kemaritiman menjadi tanggung jawab besar bangsa Indonesia saat ini, termasuk AIPI," katanya saat berbicara sebagai pembicara utama dalam Seminar Nasional AIPI di Gedung Pascasarjana ITS Surabaya, Senin.
Di hadapan peserta seminar dalam rangka peringatan HUT ke-25 (Tahun Perak) AIPI, ia menjelaskan wilayah kemaritiman Indonesia pada masa lalu hanya sejauh tembakan meriam.
"Wilayah yang sekecil itu kemudian melalui perjuangan diperluas lagi hingga akhirnya luas lautan Indonesia menjadi satu mil dari garis pantai yang mana di seluruh wilayah tersebut, Indonesia berhak mengibarkan sang merah putih," katanya.
Dengan memiliki wilayah laut teritorial seluas 3,1 juta kilometer, Indonesia memiliki semua sumber daya alam, seperti marine biodiversity (keanekaragaman hayati di laut).
Apalagi, posisi geotektonik yang kaya mineral dan sumber daya bumi, arus lintas Indonesia, serta "international sea lines" yang mempengaruhi perekonomian.
"Oleh karena itu, jangan tanya apa yang kita punya. Tanyalah apa yang tidak kita punya, sebab kita memiliki segalanya," katanya.
Untuk memperkuat pondasi pembangunan kemaritiman, katanya, Indonesia harus memiliki sains dasar multidisiplin dengan bermodalkan keanekaragaman hayati Indonesia.
"Kekayaan sumber daya alam yang sangat luar biasa itu bergantung seberapa jauh pemanfaatan sumber daya itu menjadi tanggung jawab besar AIPI. Itulah peran AIPI. Jangan sampai orang lain menguasai plasma nutfah kita," katanya.
Selain keanekaragaman hayati, multidisiplin selanjutnya untuk geosains. Di sini, Indonesia memiliki lempeng tektonik yang kaya sumber mineral, sumber daya minyak dan gas, dan mineral, minyak, dan gas di laut dalam.
"Meski lempeng tektonik Indonesia sering mengalami gempa, tsunami, dan letusan gunung berapi, namun semua bencana tersebut juga berperan memperbaharui dan memberikan dampak baru," katanya.
Multidisiplin berikutnya untuk "oceanografi" dan "ocean dynamics". Bagian ini dipengaruhi oleh perubahan iklim, climate variability prediction, air sea interraction, dan ocean current untuk energi, ikan, dan alternatif migrasi.
"Yang menjadi masalah saat ini, pemerintahan masih terfokus dalam pembelian kapal yang sebanyak-banyaknya, namun kurang mengoptimalkan pengoperasiannya, sehingga masa beroperasi atau berlayar lebih kecil daripada masa berlabuh," katanya.
Juga, pembangunan "technopark" tidak akan efisien jika tidak digunakan secara maksimal. "Lebih baik membangun satu technopark di tengah-tengah Indonesia, sehingga dapat digunakan dengan lebih maksimal," ucapnya.
Selain itu, biokimia laut, geofisika laut, biologi molekuler, dan biofarmakologi laut, dapat diterapkan untuk pembangunan kemaritiman seperti pengembangan senyawa kimia untuk obat obatan, produksi pangan dn penanganan bencana lingkungan.