REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Maritime Institute (IMI) terus lakukan inovasi teknologi dirgantara maritim. Selama 1.5 tahun terakhir, IMI melakukan riset pembutan flying boat yang diberi nama OS-Wifanusa. Di mana, proyek ini sudah berhasil membuat prototype skala 1:3 terbang sempurna, dan sekarang memasuki proses pembuatan skala 1:1 yang nantinya bisa diawaki empat orang.
"Flyingboat skala 1:3 ini kami sudah mantapkan untuk jadi Marine UAV (pesawat tanpa awak). System UAV dibuat sendiri oleh tim ahli kami di IMI," kata Direktur Eksekutif IMI, DR Y Paonganan, kepada melalui siaran persnya yang diterima Republika, Senin (20/4).
Paonganan mengatakan, kemampuan marine UAV ini nantinya mampu terbang selama tiga jam dengan kemampuan jelajah 129 km/jam dengan ketinggian minimum jelajah 300 m. "Dilengkapi kamera video daynight resolusi tinggi dan lensa infra merah sehingga juga bisa diterbangkan pada malam hari" lanjut Ongen, panggilan akrabnya.
Dijelaskan oleh Doktor lulusan IPB itu, Flyingboat ini juga dilengkapi landing gear optional sehingga selain bisa landing dan take off dari laut, juga bisa dioperasikan di daratan. "Ground control station kami gunakan mobil minibus yang dimodifikasi menjadi stasiun kontrol yang lengkap dengan monitor dan antene helical," katanya.
Menurutnya, hal tersebut akan memudahkan dalam pengoperasiannya. Selain mobil, pihaknya juga sedang merancang ground control station menggunakan speed boat untuk penggunaan di wilayan pulau-pulau kecil, jadi akan lebih efektif jika penggunaannya untuk maritime surveillance," kata Ongen.