Ahad 19 Apr 2015 20:22 WIB

Petani dan Pengusaha Tolak Impor Jagung

Petani jagung melakukan aksi unjuk rasa menolak kebijakan jagung impor.
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Petani jagung melakukan aksi unjuk rasa menolak kebijakan jagung impor.

REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Petani dan pengusaha di Gorontalo menolak kebijakanm impor jagung yang sampai saat ini masih dilakukan pemerintah pusat. Kebijakan impor diakui menyulitkan petani di lahan.

"Masalah harga jagung yang anjlok di Gorontalo dalam beberapa bulan terakhir, menurut saya salah satunya disebabkan impor jagung," ungkap Sudin biki, petani jagung di Kabupaten Gorontalo, Ahad (19/4).

Menurutnya, akibat pasar jagung yang rusak karena ada kegiatan impor, pengusaha mengambil untung besar dengan mengorbankan petani. Menurutnya, pengusaha membeli jagung di tingkat petani dengan harga rendah agar ketika dijual lagi bisa menutupi besarnya biaya operasional.

Hal itu juga diakui eksportir jagung di Gorontalo yakni PT.Harim. "Buat pemerintah pusat, tolonglah jangan impor jagung lagi. Kalaupun terpaksa harus impor, bea masuknya dinaikkan. Sekarang jagung impor harganya murah hanya sekitar 200 USD," kata Herman, Direksi PT Harim.

Selain mengancam eksistensi pengusaha lokal, impor juga menghambat distribusi jagung ekspor ke luar daerah. Menurutnya pengusaha harus antre berhari-hari di pelabuhan serta harus mengeluarkan biaya ekstra untuk pengiriman ke luar negeri.

"Apabila sedang ada impor, maka impor itu prioritas bagi mereka. Jadi jagung lokal kami ditahan dulu dengan biaya sendiri. Kalau menginap tiga hari ya bayarnya juga tiga hari," ungkapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement