Jumat 17 Apr 2015 18:25 WIB

Tak Mengerti Sistem Online, Calon Penumpang Menunggu Tiket Cancel

Rep: C25/ Red: Indira Rezkisari
Perubahan Jadwal dan Tarif KA: Calon penumpang membeli tiket kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Rabu (1/4). (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Perubahan Jadwal dan Tarif KA: Calon penumpang membeli tiket kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Rabu (1/4). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa calon penumpang yang ingin membeli tiket mudik, harus menunggu tiket yang dibatalkan lantaran tidak mengerti sistem online.

Pembelian tiket kereta api jarak jauh yang saat ini sudah bisa dibeli dengan menggunakan sistem online, rupanya tidak menyentuh seluruh lapisan masyarakat di DKI Jakarta. Sejumlah orang yang ingin membeli tiket untuk mudik dan tidak mengerti sistem pembelian secara online, rela datang ke Stasiun Pasar Senen hanya untuk menunggu tiket-tiket yang dibatalkan penumpang lain.

Salah satu calon penumpang, Margono (48), yang ditemui pada Jumat (17/4) siang di loket penjualan tiket Stasiun Pasar Senen, mengatakan kalau dirinya tidak mengerti pembelian tiket kereta melalui sistem online. Margono yang sangat ingin menghabiskan lebaran di kampungnya di Madiun hingga hari ini belum mendapatkan tiket dan datang untuk menunggu tiket dari penumpang lain yang di cancel. "Nunggu yang cancel saja soalnya habis kata pak satpam," kata dia.

Tidak berbeda jauh dengan Margono, calon penumpang lain, Indra (42), juga datang ke Stasiun Pasar Senen untuk membeli tiket kereta H-1. Indra yang tidak mengerti sistem pembelian tiket secara online, khawatir tidak bisa menghabiskan Hari Raya Idul Fitri di kampungnya Malang, lantaran mendengar kabar kalau tiket kereta H-1 sudah ludes terjual. "Tak tau dapat apa enggak katanya sih habis," ujarnya.

Menurut pantauan di lapangan, memang masih sangat banyak masyarakat yang terlihat bingung, bahkan untuk menukarkan lembaran reservasi dengan tiket. Pembelian tiket secara online, nyatanya belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat karena tidak semua masyarakat Jakarta melek teknologi dan informasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement