Kamis 16 Apr 2015 11:17 WIB

'Car Free Day Seperti Sogo Jongkok’

Rep: c 25/ Red: Indah Wulandari
Pedagang mainan tradisional, Parman (42) menjajakan mainan tradisional yang dijualnya saat Car Free Day (CFD) di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Ahad (15/2).    (Republika/Raisan Al Farisi)
Pedagang mainan tradisional, Parman (42) menjajakan mainan tradisional yang dijualnya saat Car Free Day (CFD) di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Ahad (15/2). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Fungsi Car Free Day (CFD) sebagai ruang publik untuk berolahraga dianggap sudah keluar dari konteksnya karena malah dimanfaatkan untuk menggelar beragam dagangan.

"Car Free Day sudah seperti Sogo jongkok," kata Kepala Seksi Pembinaan Pengguna Lalu Lintas Angkutan Jalan, Dinas Perhubungan DKI Jakarta Yayat Sudrajat, Kamis (16/4).

Menurut Yayat, hal tersebut terjadi karena belakangan CFD dipenuhi oleh para partisipan yang mengelar aksi dan pedagang kaki lima yang membuka lapak dagangannya.

Ia mahfum bahwa hari bebas kendaraan bermotor yang memang berhasil menarik masyarakat untuk berolahraga, sekaligus mengundang para partisipan yang ingin suaranya didengar oleh masyarakat.

Selain itu, para pedagang kaki lima yang ingin mendapatkan omzet lebih juga menjajakan dagangannya ke masyarakat yang sedang berolahraga.

Sogo jongkok sendiri adalah sebutan untuk sebuah pasar pinggir jalan yang dulu pernah ada di daerah Tanah Abang. Pasar tersebut menawarkan berbagai macam barang dengan harga kaki lima, namun, berkualitas setara pusat perbelanjaan ternama, Sogo.

Para pengunjung yang datang juga harus membeli dengan posisi jongkok karena barang yang dijual biasanya di gelar di bawah atau di jalanan.

Maka, ia menegaskan per tanggal 5 April 2015 kemarin, partisipan yang ingin menggelar aksi di CFD sudah tidak diperbolehkan lagi. Para pedagang kaki lima juga sudah tidak bisa menggelar dagangannya di area CFD.

Mereka diperbolehkan untuk berjualan di kantung-kantung yang sudah disediakan, seperti di Jalan Kebon Kacang, Jalan Sumenep, dan Jalan Blora.

Terkait pelarangan partisipan di CFD, Yayat menambahkan hal tersebut dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi awalnya, yaitu untuk ekologi, ekosistem dan edukasi, khususnya edukasi bagi masyarakat Jakarta.

Pelarangan tersebut, ujarnya, juga dimaksudkan untuk mengembalikan rasa nyaman bagi masyarakat Jakarta yang memang datang untuk berolahraga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement