REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik, Universitas Indonesia, Maswadi Rauf menilai dominasi Megawati selaku Ketua Umum PDIP yang kesekian kalinya memang menjadi dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan. Dominasi Mega membawa pengaruh dan juga kebaikan bagi stabilitas partai bentukan Soekarno ini.
Maswadi menilai, dominasi Mega disatu sisi sangat tidak rasional. Puluhan tahun Mega menjadi sosok yang paling bersinar di PDIP. Penunjukan Megawati selaku ketua umum kerap kali tanpa pergesekan. Terhitung hingga kongres terakhir ini, Megawati kembali dipilih oleh kader secara aklamasi.
Menurut Maswadi ini tak wajar, sebab dalam kultur demokrasi, penunjukan dengan cara aklamasi yang sudah dilakukan semenjak lama mengindikasikan adanya ketidakberesan dalam partai. Tidak mungkin partai yang sudah berdiri sejak lama ini tidak mengalami pergesekan pendapat, atau tidak timbulnya sosok pembaru partai.
Sayangnya, dominasi Mega amat kuat, sehingga PDIP kembali berada dibawah dinasti Soekarnois. "Namun, kita harus akui, bahwa kultur di Indonesia memang masih memerlukan hal seperti itu. Okelah kita terima, karena setidaknya Mega bisa tetap menjaga kesolidan partai," ujar Maswadi saat dihubungi ROL, Kamis (9/4).
Maswadi menilai, sosok Mega lah yang akhirnya bisa menjaga persatuan partai dan membuat partai PDIP tak mudah digoyah seperti partai lain yang saat ini sedang dalam goncangan hebat, dan bermuara pada perpecahan. Hal ini tentu baik saat pemilu, atau saat kongres, PDIP masih bisa satu suara dan tidak pecah.
Namun, Mega harus cerdas menurut Maswadi. Sebab, progresiftasnya tak akan lama, usia juga menentukan cara dan potensi untuk merumuskan strategi partai kedepan. Maswadi menilai, Mega saat ini harus berfikir bagaimana cara untuk bisa menjadikan PDIP lebih demokratis dan membangun kader yang mumpuni.