Ahad 05 Apr 2015 07:03 WIB

Prof Sudiana: Bunuh Diri Warga Bali Meningkat

Salah satu tujuan wisata di Pulau Bali/Ilustrasi
Foto: www,dephut.go.id
Salah satu tujuan wisata di Pulau Bali/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Guru Besar Sosiologi Bidang Agama Prof I Gusti Ngurah Sudiana, MSI mengatakan, maraknya kasus bunuh diri di Bali sangat dironis, mengingat Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia.

"Bahkan Bali sebagai salah satu tujuan wisata terbaik di dunia bersama Italia utara, Great Barrier Reef di Australia dan Istanbul di Turki," kata Prof Ngurah Sudiana, guru besar bidang agama pada Fakultas Dharma Duta Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Ahad (5/4).

Di Bali selama tahun 2014 tercatat 120 kasus bunuh diri, atau hampir setiap tiga hari sekali terjadi satu kasus bunuh diri. Jumlah kasus tersebut meningkat dibandingkan tahun 2013 tercatat 95 kasus.

Jika dibandingkan dengan sepuluh tahun silam 2004 dan 2005, kasus bunuh diri itu hampir sama, naik dari 124 kasus menjadi 137 kasus. Sepuluh tahun terakhir kasus bunuh diri terbesar terjadi tahun 2008 tercatat 150 kasus.

Setahun kemudian terjadi 147 kasus. Angka kasus bunuh diri tersebut di atas kertas, karena sesungguhnya bisa jadi jauh lebih besar, karena ada kecenderungan keluarga korban malu melaporkan ke polisi atau merasa tidak perlu dilaporkan,

"Hampir serupa dengan kasus HIV/Aids, bunuh diri juga memiliki fenomena gunung es, kasus yang terlihat hanya puncak dari kasus yang sebenarnya," ujar Prof Sudiana yang juga Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali.

Ia menambahkan, beragam penghargaan meneguhkan status Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia, bahkan sebagai magnet wisata terbaik di dunia, namun tidak demikian bagi warganya.

Pariwisata yang mengangkat ekonomi Bali sejak tahun 1960-an secara pelan-pelan telah mengubah watak penghuninya, Oleh pariwisata waktu diubah menjadi nilai uang semata, orang Bali makin individualis.

Jika dalam budaya agraris, masyarakat Bali lebih rileks. Waktu luang orang Bali pada awalnya ada waktu untuk membangun hubungan baik melalui saling berbagi canda dan tawa, oleh pariwisata diubah menjadi nilai uang semata, sehingga orang Bali makin individualis dan konsumerisme.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement