REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) se-Banten kembali melakukan unjuk rasa, menuntut Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun dari jabatannya. Jokowi dianggap telah gagal memimpin Indonesia.
Para aktivis KAMMI membawa foto Jokowi yang dipasang pada lutut mahasiswa. Menurut mereka aksi ini merupakan sindiran bahwa otak Jokowi berada di lutut. "Jokowi-JK gagal membawa masyarakat Indonesia sejahtera, malah sejak dipimin Jokowi dirasa menekan rakyat," kata Korlap Aksi, Sukanto, Jumat (27/3).
Menurut mereka, beberapa kebijakan Jokowi yang gagal antara lain merosotnya nilai tukar rupiah, naik turunnya BBM sehingga berimbas pada ketidakstabilan harga sembako, seperti harga gas LPG melonjak, TDL naik, pajak materil, tarif tol dan tiket kereta api pun tak luput dari kenaikan harga.
"Bahkan konflik antar KPK-POLRI serta belum dieksekusinya terdakwa narkoba merupakan bentuk ketidaktegasan Jokowi. Gambar Jokowi yang terpasang di dengkul teman-teman merupakan sindiran bahwa otak Jokowi berada di dengkul," jelasnya.
Ia menegaskan, aksi KAMMI hari ini adalah ancaman awal kepada presiden untuk segera memperbaiki kinerjanya. Jika hingga batas waktu hingga tanggal 24 Mei tidak mampu memperbaiki kinerjanya, maka KAMMI akan melakukan aksi besar-besan di Jakarta dengan tuntutan menurunkan Presiden Jokowi sebagai kepala negara.
Demo ini sempat memanas saat mahasiswa memblokade jalan. Seorang pengguna jalan emosi karena akibat aksi ini, jalan mengalami kemacetan cukup panjang. Dengan mendorong mahasiswa untuk minggir.
Meski sempat minggir, mahasiswa kembali memblokade jalan, bahkan mempersiapkan ban bekas untuk dibakar ditengah jalan.
Namun niat mahasiswa membakar ban tidak dapat terlaksana karena puluhan petugas polisi datang dan langsung membubarkan para pengunjuk rasa.
Sempat terjadi adu mulut antara mahasiswa dengan petugas kepolisian. Bahkan, petugas kepolisian sempat menangkap dua orang pengunjuk rasa.
Penangkapan ini dilakukan karena unjuk rasa tidak mengantongi izin dari kepolisian untuk melakukan aksi dan mengganggu pengguna jalan.
Namun akhirya kedua mahasiswa kembali dilepaskan setelah mendapat pengarahan dari polisi.