Selasa 17 Mar 2015 23:19 WIB

Pemerintah Dalami Motif Keberadaan 16 WNI di Turki

Gerakan ISIS
Foto: VOA
Gerakan ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia masih mendalami motif keberadaan 16 warga negara Indonesia yang ditahan oleh otoritas Turki.

"Itu kan ada dua, ada dua kelompok yang harus dipisahkan. Pertama, tentunya mereka yang punya paham sama dalam mencapai tujuannya bergabung dengan kelompok yang radikal," kata Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Noorman di Kompleks Istana Presiden Jakarta, Selasa (17/3).

Namun, kata Marciano, ada pula yang motifnya murni ekonomi untuk bekerja di daerah itu. "Tetapi ada juga yang motifnya murni ekonomi, mereka bekerja di sana. Bekerja menjadi pembantu rumah tangga dan lainnya untuk kehidupan yang lebih baik," katanya.

Marciano mengatakan tim gabungan yang berasal dari Kementerian Luar Negeri, Polri, BIN, dan BNPT berada di Turki untuk memastikannya. Saat ini Marciano mengatakan pemerintah beranggapan 16 warga yang ditahan di Turki itu mencari pekerjaan atau terkait motif ekonomi.

"Hasil yang dari Turki, tim gabungan dari Indonesia yang terdiri dari Kemlu, kemudian dari BIN, Polri dan BNPT, kita sudah berkomunikasi dengan pihak yang berwajib di Turki dan sampai saat ini masih ada beberapa opsi yang masih dirundingkan terkait 16 yang ditahan itu," kata Marciano.

Menurutnya, ada dua opsi bagi 16 yang ditahan itu, yang pertama adalah deportasi dan yang kedua opsi mereka diperlakukan sebagai pencari suaka yang ditawarkan ke negara lain yang mau menerima. "Nah itu sedang dibicarakan, siang waktu Turki mereka akan bertemu lagi," paparnya.

Ia menambahkan," opsi yang paling bagus mungkin dideportasi sehingga kita bisa kembangkan tetapi seperti penjelasan-penjelasan yang telah diberikan terdahulu ya ada yang mereka sudah menjual segalanya disini untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain."

Marciano mengatakan pemerintah berprinsip melakukan perlindungan terhadap warga negara. "Saya rasa (pilihan-red) kita yang terbaik untuk warga negara," kata Marciano.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement