REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Para perajin tahu dan tempe di Kota Sukabumi, Jawa Barat, mengecilkan ukuran produk olahan kedelai tersebut. Alasannya, karena sejak beberapa pekan terakhir harga kedelai impor di pasaran mengalami kenaikan.
Hal ini misalnya dilakukan salah seorang pengrajin tahu tempe di Kampung Cijangkar, Kelurahan Citamiang, Kota Sukabumi. "Harga kedelai naik, maka pengrajin terpaksa mengecilkan ukuran tahu tempe," ujar Casyono (45 tahun), Selasa (17/3).
Saat ini terang dia harga kedelai per kilogramnya mencapai Rp 7.500. Sebelumnya harga kedelai hanya Rp 7.000 per kilogram. Kenaikan ini merugikan para pengrajin tempe.
Naiknya harga kedelai menurut Casyono salah satunya dipengaruhi karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Hal ini berpengaruh pada komoditas kedelai yang masih menggantungkan pada impor.
Casyono juga mengurangi jumlah produksi untuk menekan kerugian. Awalnya, dalam sehari Casyono memproduksi tempe dengaan bahan baku kedelai sebanyak 4,5 kuintal per hari. Namun, saat ini berkurang menjadi empat kuintal per hari.
Para perajin tahu dan tempe berharap harga kedelai bisa normal kembali. Jika harga kedelai terus mengalami kenaikan, maka keberadaan pengrajin tahu dan tempe akan terancam.