REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Organisasi Masyarakat Persaudaraan Lintas Agama berharap aparat TNI dan Polri lebih memperketat penjagaan pulau-pulau kosong di Provinsi Kepulauan Riau untuk mengantisipasi tempat pelatihan militer oleh penganut aliran radikal, termasuk kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Menurut saya, TNI dan Polri sudah menjaga teritorial dengan baik, tapi lebih baik menjaga dari pada mengobati," kata Ketua Umum Pelita Kepri Didi Suryadi di Batam, Sabtu Malam Kepri memiliki lebih dari 1.000 pulau yang tidak berpenghuni yang tersebar hingga le Laut Tiongkok Selatan dinilai rawan menjadi tempat perkumpulan bahkan pelatihan aliran tertentu.
Apalagi lokasi Kepri yang berada di perlintasan antar negara, berbatasan dengan empat negara, Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Dan kebanyakan gerakan radikal melibatkan anggota dari lintas negara.
Kota Batam, di Kepri juga menjadi lokasi yang rawan penyebaran paham ISIS. Kota itu berbatasan dengan Singapura dan Johor Malaysia.
"Batam merupakan daerah transit dan tidak mustahil menjadi pintu masuk penyebar ISIS," kata dia.
Ia meminta pemerintah lebih memerhatikan generasi muda, terutama yang tinggal di Kota Batam agar tidak mudah terpengaruh oleh paham-paham yang melenceng.
Menurut dia, anak muda di Batam relatif labil dan seperti kehilangan identitas diri, di tengah arus globalisasi yang masuk dengan deras dari negara jiran. "Mereka nyaris kehilangan identitas, mudah sekali disusupi," kata dia.
Pelita berharap aparat penegak hukum melakukan antisipasi sejak awal dengan menggandeng remaja agar terhindar dari aliran radikal. Majelis Ulama Indonesia dan pemerintah juga diminta melakukan langkah pembinaan agar kegiatan remaja lebih positif.
Dengan begitu, ia berharap remaja bisa sibuk dengan kegiatan positif dan terhindar paham-paham radikal.