REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Hati-hati dengan rayap. Peringatan ini setidaknya disampaikan Guru Besar Departemen
Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Fahutan IPB) Prof Dr Dodi Nandika.
Betapa tidak, kerugian ekonomis akibat serangan hewan ini di tahun 199r5 saja sudah mencapai Rp 1,67 triliun. Pakar rayap ini pun memperkirakan, kini kerugian ekonomis di Indonesia akibat serangan rayap tersebut bisa mencapai Rp 2,8 triliun. Nilai kerugian akan semakin meningkat jika masalah ini dibiarkan berlarut.Kerugian ini cenderung meningkat karena ketersediaan jenis-jenis kayu yang awet makin langka.
Apalagi, kata Dodi, saat ini terdata sebanyak 200 jenis rayap tanah di Indonesia. Dari sebanyak itu, lima persennya menjadi musuh manusia. Di daerah tropis terutama di Indonesia, rayap tanah (coptotermes curvignathus holmgren) merupakan salah satu serangga yang paling banyak menimbulkan kerusakan pada kayu dan bangunan kayu.
Secara umum, rayap itu terbagi dua saja, ada rayap tanah dan rayap kayu kering. " Serangan rayap bisa terjadi pada tanah dan kayu kering. "Khusus kayu kering kerap industri perkayuan mengalami serangan hewan ini, "ujar Dodi kepada Republika Online, Jumat (13/3).