Jumat 13 Mar 2015 07:39 WIB

Sastra Islami Hanya Sebatas Roman Percintaan?

Sastrawan Ahmadun Yosi Herfanda.
Foto: cabiklunik
Sastrawan Ahmadun Yosi Herfanda.

Oleh Muhammad Subarkah

Wartawan Senior Republika

Pemerhati sastra islami, Ahmadun Yosi Herfanda, mengatakan, dari data karya sastra islami masa kini, tema romantik memang masih menjadi kecenderungan utama. Bahkan, karena para penulis cenderung menulis dengan tema ini, situasi ini juga menjadi salah satu penyebab terjadinya 'situasi stagnan' dalam pasar karya sastra islami.

“Setelah Ayat Ayat Cinta, pasar langsung kebanjiran novel dengan nuansa yang hampir serupa. Akibatnya, kemudian terasa bahwa sastra islami hanya terbatas soal percintaan, perkawinan, atau kehidupan masyarakat Islam yang ada di kalangan anak-anak muda. Tapi, hal yang sama juga terjadi pada karya sastra Islami yang ada di luar genre romantik atau pop itu. Situasi inilah yang kemudian mengesankan sampai sekarang belum ada perubahan radikal dalam sastra islami,” kata Ahmadun.

Dengan kata lain, lanjutnya, sampai kini belum ada karya fiksi atau sastra islami yang baru dan temanya seserius karya AA Navis (Robohnya Surau Kami”, Kuntowijoyo (Khotbah Di Atas Bukit), atau Ahmad Tohari (Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk).

“Paling tidak sampai sekarang belum ada lagi karya sastra islami di luar tema romantik yang sepopuler itu. Memang masih banyak yang mencobanya, namun kenyataannya belum ada yang mampu diterima publik secara luas. Banyak yang mencoba melakukan eksplorasi dengan tema yang dipilih Ahmad Tohari, tapi masih menjumpai kegagalan,” ujarnya.

Alhasil, kata Ahmadun, menulis karya sastra islami di luar tema romantik kini menjadi tantangan baru bagi para penulis. Dan ini akan berhasil dilakukan bila mereka sudah melengkapi dirinya dengan bekal kemampuan bercerita yang baik serta kemauan yang tinggi untuk mengeksplorasi persoalan sosial yang hidup di dalam masyarakat.

“Saya yakin, munculnya karya sastra Islami yang ‘lebih serius’ tinggal menunggu waktu. Ini terjadi karena memang minat untuk menggeluti dunia sastra di kalangan anak muda Muslim terus meninggi. Berbagai forum kreatif penulisan sastra terus menyebar. Untuk itulah, saya optimistis karya sastra isslami yang top tak hanya novel romantik, tapi karya sastra yang juga bertema lebih serius,” kata Ahmadun menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement