REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kondisi kebudayaan Jawa Barat khususnya di daerah pedesaan, mengalami perubahan yang cukup signifikan. Kondisi ini terjadi, karena derasnya pembangunan dan globalisasi yang dialami masyarakat saat ini.
Menurut Ketua Dewan Kebudayaan Jabar, Ganjar Kurnia salah satu yang paling mendesak dan harus segera dibenahi, adalah masa depan lingkungan Jabar. Saat ini, masyarakat belum banyak yang sadar akan budaya membuang sampah pada tempatnya. Hal ini, tercermin dari kondisi Sungai Citarum yang memperihatinkan.
"Kita berbicara lingkungan hidup, ya (sungai) Citarum kotor. Itu berkaitan dengan budaya masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan," kata Ganjar kepada wartawan usai pelantikan Dewan Kebudayaan Jabar peiode 2014-2019 oleh Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, di Gedung Sate, Bandung, Kamis (12/3).
Ganjar menjelaskan, banyak hal yang harus dibenahi terkait kebudayaan di Jabar. Selain menyangkut lingkungan, Jabar pun mengalami hilangnya sejumlah kesenian warisan leluhur, di samping terputusnya regenerasi seniman. "Juga tidak digunakannya bahasa daerah. Yang lain-lain juga banyak," kata Ganjar seraya menyebut kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah pun harus berorientasi kepada kelestarian budaya.
Dikatakan Ganjar, ini menjadi tantangan tersendiri bagi Dewan Kebudayaan Jabar. Pihaknya, akan memberi masukan-masukan kepada pemerintah untuk perkembangan budaya Jabar.
"Kami sisir. (Budaya) yang tidak kondusif, kita museumkan saja. Yang kondusif kita transformasikan untuk kepentingan-kepentingan sekarang," katanya.