REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu dari terpidana mati yang akan dieksekusi bersama dengan duo Bali Nine, Andrew Chan and Myuran Sukumaran, adalah seorang difabel mental. Rodrigo Gularte, warga negara Brasil, ini sudah menjadi seorang difabel mental sejak 1996.
Seperti keterangan yang dibuat oleh Persatuan Jiwa Sehat (PJS), salah satu organisasi difabel mental di Indonesia, Rodrigo Gularte merupakan salah satu orang yang pada usia mudanya mendadak memiliki kelainan jiwa. Gangguan jiwa Rodrigo menunjukan adanya unsur genetik. Pria yang tertangkap tangan membawa enam kilogram kokain ini merupakan difabel mental dengan jenis bipolar dan skizofrenia.
''Bipolar dan skizofrenia yang diderita oleh Rodirgo menyebabkan dirinya tidak mampu melakukan penilaian ketika sedang diluar kendali obat, jenis difabel mental yang diidap Rodrigo merupakan yang terberat dari skala jenis difabel mental,'' ujar Ketua Persatuan Jiwa Sehat (PJS), Yeni Rosa Damayanti.
Ia menjelaskan, difabel jenis bipolar sangat tergantung pada obat-obatannya. Yeni menjelaskan Rodrigo bisa jadi terjerat dalam penggunaaan Napza. Sebab, menurut Yeni, kondisi ini umum terdapat pada pasien gangguan jiwa. Pasien cenderung melakukan self medication dengan menggunakan Napza untuk mengatasi gejala penyakit yang sangat menggangu dan membuat mereka sangat tidak nyaman.
Rodrigo yang lahir 31 Mei 1972 tercatat pernah mendapatkan perawatan khusus di Rumah Sakit Jiwa di Brasil. Menurut catatan medis, Rodrigo didiagnosa dengan multiple diagnosis, bipolar dan skizofrenia paranoid yang merupakan gangguan jiwa berat dan kronis.
Pada tahun 2012, keluarga sempat meminta psikolog untuk datang memeriksa Rodrigo. Yeni menjelaskan, saat itu pihak psikoplog sempat mendatangi Rodrigo di tahanan sebanyak sepuluh kali untuk melakukan observasi dan memberikan konseling kepada Rodirgo.
Tim psikolog menyebutkan bahwa Rodrigo mengatakan mendengar suara (halusinasi) yang mengganggunya. Yeni mengatakan, gangguan mental Rodrigo memang terjadi secara genetis karena, kedua kakek neneknya mengalami gangguan jiwa.
Pada 2014, psikolog yang sama juga kembali memeriksa Rodrigo. Saat itu Rodrigo sempat melakukan percobaan bunuh diri. Karena, Rodrigo merasa seperti ada yang mengancamnya untuk membunuhnya. Dalam observasi yang sepuluh kali tersebut Rodrigo dilaporkan kerap berbicara sendiri dan bertingkah aneh.