REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tukang becak di kawasan Kota Bogor terancam dialihkan ke pinggiran Bogor yang jauh dari Istana Bogor. Salah satu tukang becak Sohibun mengaku sudah mendengar adanya kabar tersebut. Hanya saja, menurut dia, hal itu masih sebatas imbauan saja.
Pria berusia 58 tahun tersebur biasa mangkal di Matahari, Jalan Kapten Muslihat. Kalau kabar tersebut benar, ia mengingatkan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor juga memikirkan nasib pekerja tua seperti dirinya.
"Yang narik becak banyak orang tua," ujarnya kepada Republika, Selasa (8/3).
Sebagian besar tukang becak di Kota Hujan, tergolong berusia lanjut. Jika penertiban tukang becak tersebut jadi dilakukan Pemkot Bogor, tentu yang paling menderita adalah golongan tua. "Kalau anak muda, bisa dijadikan kuli bangunan. Tapi kalau yang tua, udah enggak laku kang," katanya.
Mugi Sarjono hanya bisa pasrah kalau rencana itu dilakukan Pemkot Bogor. Tukang becak asal Cilacap berusia 60 tahun tersebut menyatakan akan pulang kampung jika peringatan pengusiran area kerja tukang becak diberlakukan.
"Peringatannya kira-kira 10 hari yang lalu. Tapi, kalau pelaksanaan razianya, habis Lebaran, mungkin," aku Mugi.
Di dalam gang yang terletak di belakang Toko Matahari, tempat pembecak lain mangkal, juga menceritakan hal yang sama. Bahwa sudah dua kali Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJ) datang ke pertigaan Jalan Polisi.
Kuswono (50), mengatakan, kalau becak yang tidak layak pakai akan dihargai Rp 300 ribu. Kemudian yang masih layak dapat beroperasi. Penertiban itu diduga sebagai konsekuensi kepindahan Presiden Jokowi ke Istana Bogor.
Adapun, becak yang layak pakai tetap diperbolehkan beroperasi dalam periode tertentu. Itu pun mangkalnya jauh dari Istana. "Ada yang setahun, ada juga yang lima tahun," kata Kuswono yang sedang memperbaiki becaknya. "Tapi, jauh dari Istana Bogor," imbuhnya.
(C21)
Powered by Telkomsel BlackBerry®