Selasa 03 Mar 2015 12:47 WIB

Ruki Mengaku Terharu dengan Aksi Pegawai KPK

Red: Ilham
Plt Ketua KPK Taufiequrachman Ruki bersama Jaksa Agung HM Prasetyo.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Plt Ketua KPK Taufiequrachman Ruki bersama Jaksa Agung HM Prasetyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana Tugas (plt) Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Taufiequrachman Ruki menyambut aksi para pegawai KPK yang menentang pelimpahan kasus Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Budi Gunawan dan meminta pimpinan KPK terbuka mengenai strategi pemberantasan korupsi. Dia mengaku terharu menyaksikan aksi tersebut.

"Saya senang, saya terharu karena mereka menjadi begini adalah bentukan kami pimpinan jilid 1, saya pimpinan jilid 1 yang diminta turun kembali untuk menutup kekosongan jilid 3," kata Ruki di gedung KPK di Jakarta, Selasa (3/3).

"Dengan senang hati saya simak, saya dengar, saya tanda tangan. Itu suara saya. Saya dan Pak Indriyanto adalah bagian dari pegawai dan saya tidak mau berpisah dengan mereka (pegawai)," 

Ruki berada di tengah kerumunan sekitar lima ratus pegawai yang mengenakan kemeja hitam maupun warna gelap bersama dengan Plt. Wakil Ketua KPK, Indriyanto Seno Adji.

Sedangkan pejabat struktural yang terlihat dalam aksi itu antara lain Direktur Gratifikasi KPK, Giri Suprapdiono dan Direktur Penuntutan KPK, Ranu Mihardja. Mereka bergabung bersama para penyelidik, penuntut umum, direktur penuntutan, direktur gratifikasi, pengaduan masyarakat, hubungan masyarakat, pendidikan pelayanan masyarakat, dan pengawal tahanan.

Ruki kemudian meminta para pegawai KPK masuk ke auditorium KPK. Sebelumnya, sejumlah pegawai menyampaikan orasi, salah satunya adalah Nanang Farid Sjam Ketua Wadah Pegawai 2012-2014 yang meminta agar pegawai tidak takut dalam upaya pemberantasan korupsi.

"Apakah kita kalah kawan-kawan? Apakah kita takut? Rakyat menitipkan amanah kepada kita untuk memberantas korupsi. Tidak ada satu pun yang bisa membajak perjuangan kita. Apakah kawan-kawan takut? Tidak," ucap Nanang.

Ia meminta agar para pegawai juga melunasi utang dari para pembayar pajak dalam bekerja. "Pilihan kita jelas, hidup mulia atau mati menanggung malu. Mulai hari ini kita akan bayar pajak yang diberikan rakyat dengan darah. Para pemimpin yang katanya negarawan bisa saja memenjarakan kita, tapi mereka tidak akan pernah bisa memenjarakan hati kita, hari ini kita tidak akan pernah lelah, kita tidak pernah berhenti melawan koruptor," teriak Faisal berapi-api.

Terdapat beberapa pamflet yang dibawa dan ditempelkan di beberapa lokasi di gedung KPK, yaitu pertama pamflet dengan gambar tangan menyerupai pistor jari telunjuk dan jari tengah menunjuk ke depan. Sedangkan tiga jari sisa menutup bertuliskan "Kita perangi korupsi: Kalau kamu lelah berjuang di kantormu, jangan kamu berani datang ke sini. Dari dulu keluarga kita adalah keluarga pejuang. Lawan!"

Pamflet kedua bertulis "Pergilah! Kau lawan itu! Mamak sudah rela kau harus mati dalam perjuangan! Lawan!". Pamflet ketiga adalah "Satu Luka perasaan maki puji dan hinaan tidak mengubah sang jagoan menjadi mahluk picisan. Lawan!" yang merujuk pada petikan puisi Rendra.

Seusai mendengar orasi, para pegawai membuat pernyataan di kain putih panjang. Ruki pun ikut membubuhkan pernyataan dan tanda tangan di kain tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement