REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data dan Informasi Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak, Wilfun Afnan menilai peran keluarga sangat penting untuk mencegah maraknya kasus pembegalan di Jakarta dan sekitarnya. Sebab menurut Wilfun, tingkah dan polah remaja selalu membawa nilai dan ajaran keluarganya.
"Ketika perkembangan remaja menuju arah positif, berarti dia mendapat perhatian dan pendidikan yang baik dari keluarga. Begitu pun sebaliknya," kata Wilfun di kantor Komnas Anak, Senin (2/3).
Ia mengatakan, peran keluarga menjadi lebih penting ketika lingkungan sekitar membawa pengaruh buruk. Tidak hanya untuk gaya hidup, tapi juga perkembangan mental remaja.
Karena menurut Wilfun, ada pengaruh materialistik dalam kasus begal yang melibatkan remaja. Bukan hanya desakan ekonomi, tetapi juga tuntutan pergaulan dan gaya hidup di lingkungan masing-masing.
"Ada pemikiran yang menuntut remaja untuk memiliki gaya hidup materialistik. Dan mereka (remaja) yang terpengaruh dan tidak mampu, akan mencari cara instan seperti begal untu memenuhi tuntutan tersebut," kata Wilfun.
Pemikiran materialistik ini tidak hanya ditimbulkan pergaulan dan lingkungan, tetapi juga media. Wilfun berpendapat, banyak konten media yang mengarahkan remaja untuk memiliki gaya hidup materialis.
Selain itu, kata Wilfun, televisi biasa menjadi sumber inspirasi remaja untuk melakukan hal yang seharusnya tidak mereka kerjakan di usianya. Menurutnya, media di Indonesia masih minim edukasi jika melihat fenomena sekarang, seperti begal.
Terlepas dari pengaruh tersebut, Wilfun menegaskan, keluarga tetap berada di garda terdepan dan paling bertanggungjawab dalam kasus pembegalan yang melibatkan remaja.