REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bekerja di perkebunan kelapa sawit dinilai menjadi pilihan bagi para angkatan kerja Indonesia di tengah sempitnya lapangan kerja.
"Pasalnya selain hidup tenang dari kebisingan kota, bekerja di perkebunan sawit pun bisa menciptakan kemapanan dan karir yang terus menanjak," kata Rozi Ariandi, AMd, salah satu alumni Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE), di Jakarta, Sabtu (28/2).
Dia memberikan contoh, ketenangan dari kebisingan kota itu terlihat ketika dirinya bekerja dalam suasana perkebunan sawit yang sangat erat dengan lingkungan hidup sehat dan asri ketimbang bekerja di perkotaan yang penuh dengan polusi.
''Setiap hari kalau bekerja di perkotaan, kita juga dihadapkan dengan macet berjam-jam,'' ujar lulusan Politeknik CWE angkatan 2010 tersebut.
Dengan bekerja di perkebunan sawit, lanjut dia, sekarang ia juga sudah merasakan kemapanan karena apa yang telah dimimpikannya sejak kecil, sekarang bisa tercapai.
Saat ini, jelas dia, dengan posisi menjadi Kepala Tata Usaha di salah satu perusahaan sawit nasional, dia sudah bisa membeli rumah, kendaraan, dan kebutuhan keluarga lainnya.
Sementara itu, Direktur Politeknik Kelapa Sawit CWE Stephanus Nugroho Kristono mengatakan, di masa mendatang, kebutuhan sumber daya manusia (SDM) untuk perkebunan kelapa sawit memang mendesak. Sebab, banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit yang kerap butuh tenaga terampil dan terdidik.
Dia memperkirakan kebutuhan SDM untuk regenerasi tenaga kerja kelapa sawit yang telah berusia lanjut yakni 4.850 hingga 6.420 tenaga terdidik dan terlatih setiap tahunnya.
Ribuan tenaga kerja itu antara lain akan mengisi berbagai posisi seperti general manajer, manajer kebun, manajer pabrik, asisten kepala, kepala tata usaha, asisten kebun, asisten pabrik, asisten traksi, pengukuran dan alat berat, asisten hama dan penyakit, serta mandor kebun.