Senin 16 Feb 2015 21:29 WIB

Hanura Menghindari Dualisme

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Esthi Maharani
Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto (tengah).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Potensi gangguan dari dalam serta ketakutan terjadinya dualisme kepengurusan merupakan satu faktor para kader memilih petahana untuk kembali memimpin. Partai Hanura, merupakan salah satu partai yang melihat adanya tren politik pecah bambu di beberapa partai peserta pemilu 2014.

Sekertaris Jenderal (Sekjen) Demisioner Hanura, Dossy Iskandar Prasetyo menerangkan, terpilihnya kembali Jenderal (Purn) Wiranto sebagai Ketua Umum Hanura, lantaran partainya itu adalah infrastruktur politik baru dalam pemilu. Sebagai peserta pemilu baru, tentunya punya ambisi politik yang lebih baik dalam setiap pesta-pesta demokrasi Tanah Air.

"Yang kita (Hanura) inginkan itu, jangan sampai partai ini tidak punya partisipasi lagi. Karena potensi-potensi itu pasti ada di semua partai," kata dia.

Itu mengapa, dikatakan Dossy, memilih Wiranto sebagai pemimpin partai kembali adalah jawaban atas gejala-gejala partai politik sekarang ini.

Mukernas Hanura di Solo, Jawa Tengah, Ahad (15/2) memunculkan kembali mantan Panglima ABRI Wiranto sebagai yang punya partai. Hanura memang lahir dari tangan Wiranto sejak 2006 silam. Ditangannya pula, partai ini berhasil lolos masuk parlemen sejak 2009. Pemilu lalu, Hanura menempatkan 18 kadernya di 560 kursi DPR.

Dikatakan Dossy, arena politik pascapilpres 2014, adalah situasi politik panas. Beberapa partai peserta pemilu, berhasil dibenturkan dengan konflik antar kader. Kondisi itu pula yang menciptakan dualisme kepemimpinan, dan mengancam kiprah partai itu sendiri.

Kenyataan politik demikian itu, menurut Dossy, menjadi pelajaran penting bagi Hanura. Setidaknya, kata dia, sebagai pendiri dan panutan kader partai, Wiranto dikatakan dia, merupakan sosok yang mampu menjadi penghalang riak politik di internal.

Ketika disinggung apakah dengan berulangkalinya Wiranto memimpin Hanura tak mengganggu regenerasi partai, dikatakan Dossy, bahwa sebagai partai belia, tentunya Hanura belum memiliki tokoh yang pantas memimpin selain Wiranto.

"Kita memikirkan itu. Tapi, untuk menghindari potensi-potensi (perp-ecahan) Pak Wiranto sepertinya menjadi jawaban," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement