Jumat 13 Feb 2015 18:55 WIB

Ketersediaan Buah Lokal Disebut Mencukupi

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pedagang menata buah di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (4/2). (Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pedagang menata buah di Pasar Senen, Jakarta, Rabu (4/2). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski pun tingkat konsumsi buah masyarakat Indonesia masih rendah, ketersediaan buah lokal disebut pasti cukup jika terjadi peningkatan kebutuhan.

Kasubdit Tanaman Terna dan Merambat Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Buah Kementerian Pertanian Mardiah mengatakan ketersediaan buah lokal mencukupi kebutuhan. Ia membantah jika buah impor dikatakan mendominasi.

''Itu tidak tepat. Buah impor jumlahnya kurang dari lima persen dari total produksi buah lokal. Hanya saja mengemasannya bagus jadi lebih menarik,'' ungkap Mardiah dalam Promosi Cinta Buah Nusantara di Gedung SP4N Kementan, Jumat (13/2).

Rata-rata produksi buah lokal mencapai 18 ribu ton dari 21 jenis buah. Padahal setidaknya ada 60 jenis buah yang dibudidaya masyarakat. Tahun lalu buah impor hanya 914 ton.

Dari data FAO pada 2013, konsumsi buah per kapita per tahun harus mencapai 73 kilogram dan standar kecukupan konsumsi buah untuk sehat sebesar 91,25 kilogram per kapita per tahun.

Namun, data Badan Litbang Pertanian pada 2013 menyebut konsumsi buah oleh masyarakat hanya 34,55 kilogram per kapita per tahun.

Jika pun konsumsi buah oleh masyarakat meningkat menjadi 40 kilogram per kapita per tahun, jumlah produksi buah nasional masih mencukupi. ''Harapan kami memang ada peningkatan konsumsi buah sebagai bagian makanan sehat,'' kata Mardiah.

Untuk menjaga produksi, Dirjen Agrikultur dan Hortikultura  terus menambah bebih bermutu, penguatan gerakan pengendalian hama, penggunaan pestisida dalam batas normal, dan memperbanyak balai benih.

Mardian mengaku Kementan juga sudah mengajarkan petani buah untuk melaksanakan tata cara bertani yang baik. ''Mereka hampir tidak memakai pestisida. Manggis, salak, mangga sudah jadi komoditas ekspor karena batas residu pupuk kimianya rendah bahkan tidak ada,'' kata Mardiah.

Kepada perwakilan Tim Penggerak PKK dan Masyarakat Pecinta Buah dan Sayuran Nusantara, Mardiah meminta ibu-ibu dan keluarganya untuk menanam sendiri tanaman buah di rumah. Cara ini dinilai cukup bisa membantu memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga.

Bibit tanaman buah bermutu ada dan sudah disebar ke dinas pertanian provinsi, kota dan kabupaten dengan harga terjangkau. Sementara sumbangan benih sayuran berupa biji didapatkan kementan dari CSR perusahaan benih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement