REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pengamat Tata Kota Nirwono Yoga menyatakan alasan ahok terkait istana negara yang terkena banjir dinilai tidak tepat. Menurut dia banjir yang melanda saat ini merupakan skala lokal, sehingga tak ada kaitannya dengan Pompa Air yang mati.
Dia menjelaskan kalau Pompa air yang berada di pluit sifatnya untuk memompa air ketika curah hujan sedang tinggi. Saat ini, kata dia, curah hujan belum menyebabkan Waduk Pluit meluap. “Jadi alasan Pompa listrik yang mati itu tidak masuk akal,” kata dia, Kamis (12/2).
Dia menyebutkan curah hujan saat ini berkisar masih berkisar 220 milimeter perjam. Hal ini kata dia, masih dikatakan normal. Kecuali jika di atas itu barulah bisa dikatakan curah hujan cukup deras. Saat ini, kata dia, penyebab istana bisa banjir yaitu karena drainase di Jakarat tidak ideal.
Dia menyatakan darai total drainase yang ada di Jakarta yang berfungsi hanya satu pertiga. Adapun perincian daya tampung sekitar 60 sampai 70 milimeter curah hujan perjam. Padahal, kata dia, air butuh tempat daya tampung. “Jadi kalau mau tak banjir drainase yang ada harus ditambah dan diperbaiki,” ujarnya.
Banjir yang melanda Jakarta pada tahun ini sifatnya merata.Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir di Jakarta Barat meliputi 108 RW, 23 kelurahan, delapan kecamatan dengan penduduk terdampak 2.738 KK (8.237 jiwa). Pengungsi ada 1.668 jiwa di dua titik pengungsian.
Di Jakarta Pusat, wilayah yang terendam banjir ada 11 RW, delapan kelurahan dan enam kecamatan. Di Jakarta Selatan wilayah yang terdampak 38 RW, 21 kelurahan, tujuh kecamatan dengan penduduk terdampak 2.092 KK (7.280 jiwa).
Di Jakarta Timur ada 60 RW, 27 kelurahan, tujuh kecamatan dengan pengungsi 1.800 jiwa di 6 titik pengungsian. Sedangkan, di Jakarta Utara wilayah yang terendam banjir ada 89 RW, 18 kelurahan, 5 kecamatan dengan pengungsi 2.518 jiwa di 6 titik pengungsian.