REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi Universitas Maranatha Bandung Evo S Hariandja menilai pemerintah melakukan kesalahan besar bila menggandeng produsen otomotif Proton dari Malaysia untuk program mobil nasional.
"Kalau kabar tersebut benar, itu salah besar. Mengapa justru berkiblat pada Proton? Malaysia tidak bisa menjadi basis industri otomotif," kata Evo S Hariandja dihubungi dari Jakarta, Sabtu (7/2).
Evo mengatakan Malaysia bekerja sama dengan Mitsubishi Jepang dalam mengembangkan industri otomotif Proton sehingga secara kualitas memang cukup bagus dan andal.
Namun, Evo khawatir bila pemerintah menggandeng Proton, maka Indonesia hanya akan menjadi pangsa pasar potensial saja bagi industri otomotif asal negeri jiran itu.
"Sangat aneh mengapa malah menggandeng negeri yang belum berpengalaman menjadi basis otomotif. Jam terbang Proton masih dipertanyakan," tuturnya.
Justru, Evo menilai insinyur-insinyur Indonesia jauh lebih hebat dan andal dibandingkan dengan insinyur-insinyur Proton di negeri jiran. Karena itu, akan lebih baik bila pemerintah berkonsentrasi mengembangkan industri otomotif di dalam negeri.
"Mungkin Presiden Joko Widodo ingin mengambil jalan cepat untuk mengembangkan mobil nasional sebagaimana pernah dia wacanakan sewaktu masih menjadi Wali Kota Solo," katanya.
Namun, akan lebih baik bila Presiden Jokowi bisa mengembangkan mobil Esemka sehingga bisa diproduksi secara massal daripada harus menggandeng industri dari negara lain.
"PT INKA pasti bisa bila difasilitasi pemerintah untuk memproduksi mobil Esemka secara massal," ujarnya.