REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi buruh migran, yakni Migrant Care mendesak Presiden Joko Widodo tegas untuk mengakhiri era stigmatisasi dan diskriminasi terhadap buruh migran Indonesia dalam berbagai media di Malaysia.
"Insiden iklan produk pembersih Robovac Malaysia yang melecehkan dan merendahkan martabat pembantu rumah tangga migran Indonesia harus menjadi bahan protes untuk dinyatakan oleh Presiden Joko Widodo kepada Perdana Menteri Malaysia Najib Razak," ujar Direktur Migrant Care, Anis Hidayah, Rabu (4/2)
Presiden Jokowi akan memulai kunjungan kenegaraan ke sejumlah negara Asia Tenggara dengan kunjungan pertama pada 5-7 Februari 2015.
Anis menjelaskan kunjungan itu memiliki nilai strategis, karena Malaysia adalah salah satu negara tetangga yang memiliki hubungan diplomatik dinamis dengan Indonesia.
Dinamika panas-dingin hubungan Indonesia-Malaysia mulai dari soal perbatasan, klaim artefak budaya hingga soal buruh migran Indonesia.
"Kunjungan Presiden Joko Widodo juga tidak boleh disia-siakan hanya sebagai kunjungan kenegaraan tanpa makna, tetapi harus dimaksimalkan untuk mengkonkritkan prinsip Nawacita yang menghadirkan negara sebagai pelindung wara negara Indonesia yang sedang bekerja di luar negeri," katanya.
Migrant Care mendesak Presiden Jokowi kepada Presiden Joko Widodo untuk benar-benar serius memperjuangkan hak-hak buruh migran. Berbagai persoalan yang perlu diselesaikan yakni memberikan perlindungan dan memastikan pemenuhan hak-hak PRT migran Indonesia dengan standar hak asasi manusia.
"Kami juga mendesak agar pemerintah Malaysia tidak menggunakan standar ganda dan mengakhiri praktik kriminalisasi dalam penanganan buruh migran tak berdokumen. Selama ini industri perkebunan yang memakmurkan ekonomi Malaysia ditopang jutaan buruh migran tak berdokumen," kata dia.