REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN—Universitas Gadjah Mada (UGM) menghimbau kepada masyarakat Yogyakarta agar mewaspadai siklus lima tahunan Demam Berdarah Dengue (DBD). Pasalnya, diberbagai wilayah di Indonesia sudah berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti yang terjadi di Jawa Timur.
Riris Andono Ahmad, peneliti utama Eliminate Dengue Project (EDP) Yogyakarta UGM mengatakan, siklus lima tahunan memang seringkali terjadi peningkatan DBD. Peningkatan tersebut juga terjadi di Yogyakarta. “Meski tidak KLB tapi bisa saja juga meningkat sangat tinggi,” ujar Riris, di UGM, Senin (2/2).
Dia menjelaskan, DBD berasal dari virus yang disebarkan oleh nyamuk dengue. Menurut dia, nyamuk ini memiliki perilaku menggigit pada pagi dan sore hari. Selain itu, nyamuk tersebut biasanya juga terdapat di air bersih seperti bak mandi.
Disamping itu, tempat-tempat kecil tersembunyi yang berpotensi menjadi genangan air, kata dia, juga perlu diwaspadai. Pasalnya, ditempat tersebut juga berpotensi menjadi sarang dari nyamuk yang menyebarkan virus dengue (aedes aegypti).
Nyamuk demam berdarah sangat adaptif. Nyamuk tersebut akan menggigit tubuh seseorang dibagian bawah yaitu kaki. Saat menggigit, seseorang tidak akan merasakan sakit melainkan hanya gatal. Nyamuk ini, juga memiliki ketinggian terbang sekitar satu meter.
Karena itu, dia menghimbau agar masyarakat melakukan pencegahan dengan menguras tempat mandi, mengubur tempat sampah, dan menutup tempat sampah atau dikenal dengan 3M. Hal itu perlu dilakukan guna pencegahan dini KLB.
Disamping itu, kata dia, ikanisasi merupakan salah satu langkah pencegahan nyamuk aedes aegypti yang bisa dilakukan secara mandiri. Ia mencontohkan ikan cupang dapat mencegah nyamuk aedes aegypti.
Anak sekolah ditingkat Sekolah Dasar (SD), kata dia, juga perlu mewaspadai. Pasalnya, anak sekolah di tingkat SD memakai celana pendek. Karena itu, harus dilakukan pemberantasan replen. Selain itu, dia juga menghimbau kepada masyarakat agar menggunakan celana panjang untuk menghindari gigitan nyamuk aedes aegypti.
Dia juga mengatakan, UGM juga sedang melakukan penanggulangan melalui pendekatan alami untuk mencegah penyebaran DBD. Pendekatan alami yang dilakukan yaitu dengan metode Wolbachia yaitu bakteri alami yang mampu mengurangi kemampuan nyamuk aedes aegypti menularkan virus dengue kepada manusia.
Bakteri ini disuntikkan kepada nyamuk khusus yang kemudian disebarkan ditempat yang sudah ditentukan. Namun, bakteri ini hanya bisa berkembang melalui induk kepada anak melalui telur.
“Metode ini sudah dilakukan penelitian di Sleman dan Bantul, harapannya wolbachia menjadi salah satu alternatif pengendalian dengue di Yogyakarta,” katanya.
Sementara itu, peneliti pendamping EDP, Eggi Arguni menambahkan, masyarakat harus dengan cepat pergi ke rumah sakit apabil merasakan gejala DBD. Diantara gejala yang bisa diketahui yaitu demam tinggi secara mendadak. Sedangkan demam tinggi tersebut berlangsung lebih dari 48 jam. “Yang gawat kalau demamnya turun di hari keempat, kami menyarankan agar segera pergi ke puskesmas,” ucapnya.