Kamis 29 Jan 2015 22:41 WIB

Pengawasan Buah Impor Perlu Diperketat

Pedagang menata apel impor di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (28/1). (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang menata apel impor di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (28/1). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Pemerintah Provinsi Bangka Belitung (Babel) mewaspadai penyebaran hama penyakit tanaman yang tergandung dalam buah-buahan impor.

"Kami telah mengambil beberapa sampel buah-buahan impor seperti apel, anggur, dan lainnya untuk memastikan buah-buahan tersebut bebas penyakit," kata Kepala Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) Provinsi Bangka Belitung (Babel) Hypson Effendi di Pangkalpinang, Kamis (29/1).

Ia menjelaskan, pengambilan sempel buah-buahan impor tersebut terkait dengan adanya apel impor jenis Gala, Granny Smith dan Bidart Rost yang diduga tercemar bakteri listeria. Bakteri itu berbahaya bagi kesehatan, sehingga dikhawatirkan mengganggu perkembangan pertanian di Bangka Belitung.

"Kami bersama dinas terkait lainnya, seperti dinas pertanian, ketahanan pangan, balai karantina pertanian turun ke pasar tradisional untuk melakukan pemeriksaan buah-buahan impor tersebut," ujarnya.

Menurutnya, berbagai hama penyakit tanaman dari buah ini cukup besar, karena sebagian buah yang beredar di masyarakat berasal dari luar daerah dan negara lainnya.

"Pengawasan hama penyakit tanaman dan hewan ini penting, untuk mendukung program pemerintah mewujudkan daerah berswasembada pangan," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, diharapkan pihak Balai Karantina Pertanian untuk lebih ketat mengawasi masuknya buah-buahan impor ini, sebagai langkah pencegahan dini masuknya berbagai hama penyakit berbahaya.

Selain itu, masyarakat khususnya pedagang buah untuk tidak menjual buah-buahan atau tanaman yang tidak memiliki dokumen kesehatan tanaman dan hewan dari daerah asal atau negara asal produk pertanian tersebut.

"Ini merupakan tanggung jawab kita bersama menjaga agar pertanian dan peternakan petani terbebas dari penyakit-penyakit berbahaya," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement