REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nusa Tenggara Barat melakukan upaya pencegahan dan penertiban perdagangan hewan kijang atau muncak kerabat rusa menyusul adanya informasi diperjual belikan secara online.
"Apa yang menjadi informasi masyarakat itu akan kita tindaklanjuti dengan upaya penertiban," kata Kasubag Tata Usaha BKSDA NTB Budi Kurniawan di Mataram, Sabtu (24/1).
Namun, sebelum melakukan upaya penertiban dan pencegahan, pihaknya terlebih dahulu akan menulusuri asal muasal kijang sehingga bisa diperoleh informasi, apakah hewan langka yang dijual melalui online itu dari hasil penangkaran atau diperoleh melalui perburuan liar.
"Ini yang akan kita coba telusuri, apa lagi yang dijual online itu rusa atau kijang. Terlebih lagi hewan itu berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR)," jelasnya.
Untuk menindaklanjuti informasi itu, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Balai TNGR selaku lembaga yang mengelola kawasan itu. Sebab, dari informasi kijang yang dijual secara online berada dalam kawasan TNGR bukan BKSDA. "Secepatnya kita akan berkoordinasi dengan TNGR, karena hewan yang diduga dijual melalui internet secara online.
Kijang (Muntiacus muntjak nainggolani) yang diduga berasal dari Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), diperjual belikan secara online melalui media sosial facebook.
Seperti yang ditemukan, di salah satu pemilik akun facebookyang menuliskan posting penawaran penjualan kijang lengkap dengan foto kijang tersebut.
Di NTB selain kijang BKSDA NTB, memperkirakan populasi Rusa Timor (Cervus timorensis) yang menjadi maskot provinsi itu jumlahnya kini makin berkurang. Akibat masih maraknya aksi perburuan liar yang dilakukan masyarakat terhadap hewan yang dilindungi tersebut.
Belum lagi ditambah dengan pengrusakan kawasan hutan sehingga merusak habitat rusa. Termasuk, maraknya perdagangan hewan rusa secara liar juga ikut menjadi penyebab populasi rusa di NTB menjadi berkurang.