REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPARNA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat memasang alat pendeteksi gerakan tanah atau landslide early warning system, di Kampung Kelewih, Desa Pusparahayu, Kecamatan Puspahiang, Tasikmalaya. Pemasangan alat ini untuk meningkatkan kewaspadaan jika terjadi bencana longsor.
"Alat ini bantuan dari BNPB melalui Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi," kata Kepala Seksi Pencegahan BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Sutaryo kepada wartawan, Kamis, (22/1).
Sutaryo mengatakan, alat tersebut dipasang di Puspahiang karena daerah ini rawan longsor dan sudah tampak retakan-retakan tanah. Alat yang dipasang di permukiman warga ini mempunyai dua fungsi, yakni mendeteksi pergerakan tanah dan curah hujan.
Ia menjelaskan alat tersebut dipasang dengan posisi melintang di bawah retakan tanah. Cara kerjanya, kata Sutaryo, alat akan mengirim pesan atau laporan mengenai kondisi di lapangan kepada server yang ada di kantor BPNB setiap lima menit sekali.
"BPBD dan pihak kecamatan bisa mengakses datanya melalui internet," ujarnya.
Sutaryo mengaku alat ini tidak dilengkapi sirine yang berbunyi ketika terjadi pergerakan tanah. Menurut Sutaryo, hal itu dapat mengurangi kepanikan warga. Meski begitu, jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan ada pergerakan tanah, pihak BNPB dan BPBD akan langsung mengetahui.
"Dipantau terus di BPBD selama 24 jam," ucapnya.
Puspahiang menjadi lokasi pertama yang dipasang alat tersebut. Ke depan, BPBD Tasikmalaya akan mengusulkan pemasangan di daerah lain. "Hal ini mengingat daerah rawan pergerakan tanah bukan hanya di Puspahiang saja," katanya.
Sutaryo mengaku Kecamatan Salawu akan menjadi lokasi kedua pemasangan alat mengingat termasuk dalam daerah rawan bencana longsor.