REPUBLIKA.CO.ID, BANJARBARU -- Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Kalimantan Selatan, Sultan H Khairul Saleh mengatakan, banyak persoalan bangsa dan negara yang harus segera dibenahi. Menurut dia, yang paling fundamental adalah soal penataan sistem umat.
"Penataan sistem merupakan hulu dari pintu masuk untuk menjadikan Indonesia dan umat Islam agar menjadi lebih baik," ujar Sultan H Khairul Saleh di sela-sela pelantikan ICMI Orwil Kalsel di Novotel Hotel, Banjarbaru, Sabtu (17/1). Sultan Khairul Saleh yang juga Bupati Banjar dilantik sebagai Ketua ICMI Orwil Kalsel oleh Ketua Presidium ICMI Pusat, Sugiharto.
Pelantikan Sultan Banjar sebagai Ketua ICMI Orwil Kalsel juga dihadiri Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin, serta sejumlah tokoh nasional, Prof Dawam Raharjo, Marwah Daud Ibrahim serta Rektor Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Prof Soetarto Hadi, dan Rektor IAIN Banjarmasin Prof HA Fauzi Aseri dan tokoh-tokoh terkemuka lainnya.
Sultan Khairul Saleh menegaskan, realitas politik, ekonomi dan sosial kemasyarakatan di Indonesia masih memprihatinkan. Sehingga, kata dia, perlu diambil langkah strategis yang seirama, mulai dari pusat hingga daerah untuk memaknai fakta dan solusi masalah yang dihadapi bangsa Indonesia tersebut.
"Untuk itu perlu "Hijrah Moral" agar mampu menuntaskan persoalan-persoalan politik, ekonomi, sosial, budaya," ungkap Sultan Khairul Saleh. Pihaknya mengajak para cendekia dari beragam profesi untuk menyingsingkan lengan guna menjadikan ICMI sebagai gerakan moral yang masif dan militan.
"Ke depan adalah bagaimana pascapemetaan dan konstruksi kebijakan dan implementasi kegiatan amaliyah ICMI untuk umat dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dalam satu hal, dan spesifik dalam hal lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan implementasinya," tegas Sultan Khairul Saleh.
Menurut dia, pemetaan persoalan umat, khususnya di Kalsel, hendaknya menjadi fondasi pembangunan umat. Pemetaan itu, kata Sultan Khairul Saleh, berkaitan erat dengan, masalah pangan, energi, partisipasi umat, kemandirian ekonomi umat, tata guna lahan, tata guna air, infrastruktur, serta masalah perkebunan dan pertambangan.
Sultan Khairul Saleh menegaskan, komunikasi dan sosialisasi peran ICMI ke depan sangat penting dilakukan. Sehingga, kata dia, agenda-agenda amaliyah ICMI yang selama ini hanya dalam tataran pemikiran bisa direalisasikan. "Terlebih, saat ini umat kita berada dalam dunia yang global dan memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mengedepankan kompetitif. Jika kita lambat dan tidak siap dipastikan umat akan menjadi objek yang dieksploitatif," cetusnya.
Ia meminta masyarakat tidak perlu cemas dengan segala ikhtiar ICMI dalam mengembangkan gerakan moral dalam ragam profesi, baik ranah pemikiran maupun kegiatan riil di masyarakat. "Karena menyatunya seluruh komponen umat yakni para cendekia yang tersebar di kampus, birokrasi, seniman/budayawan, agamawan, guru, jurnalis, dan aktivis dalam ragam profesi memudahkan untuk mencapai harapan-harapan besar demi kepentingan Keummatan, Kecendekiawanan, Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan," papar Sultan Khairul Saleh.
Peran ICMI ke depan, lanjut dia, lebih menjunjung pada kekuatan moral, agama, dan budaya terhadap problem yang dihadapi umat. "Sebab inilah yang akan membuat positioning ICMI akan lebih bermakna, bermartabat dan bermaruah," pungkasnya.