Ahad 11 Jan 2015 12:24 WIB

Mengenal Kotak Hitam Lebih Dekat

Rep: C85/ Red: Indira Rezkisari
 Penyelam Angkatan Laut bersiap untuk melakukan operasi pengangkatan ekor pesawat AirAsia di Laut Jawa, Jumat (9/1).  (Antara/Pool/Adek Berry)
Penyelam Angkatan Laut bersiap untuk melakukan operasi pengangkatan ekor pesawat AirAsia di Laut Jawa, Jumat (9/1). (Antara/Pool/Adek Berry)

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALAN BUN - Insiden jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 pada Ahad (28/12) lalu masih melekat dalam benak. Lebih dari 150 jiwa menjadi korban. Ratusan keluarga korban menggantungkan harapan agar keluarga mereka ditemukan.

Dua pekan pencarian, 48 jasad korban berhasil ditemukan. Sebanyak 29 di antaranya telah berhasil diidentifikasi untuk selanjutnya dikembalikan kepada pihak keluarga.

Tak hanya pencarian korban, tim SAR gabungan juga berlomba dengan waktu untuk menemukan kotak hitam. Benda penting ini terletak di bagian belakang pesawat, di area ekornya. Meski namanya kotak hitam, tapi warnanya justru oranye untuk memudahkan pencarian.

Sabtu (10/1) kemarin, tim SAR gabungan berhasil mengangkat ekor QZ 8501. Namun, kotak hitam tidak ditemukan di sana. "Sudah terlempar", kalau meminjam istilah yang Basarnas sampaikan kepada media.

Lantas apa dan bagaimana cara kerja kotak hitam? Kepala Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi sempat memberi penjelasan. Kuliah singkat tentang kotak hitam ini sengaja Tatang berikan agar jurnalis dan juga masyarakat awam memahami benda yang belakangan ini ramai dibicarakan.

Tatang menjelaskan, black box adalah istilah populer bagi masyarakat. Dia menyebut, sebutan resminya adalah "flight recorder" atau perekam penerbangan. Di dalamnya, lanjut Tatang, terdapat dua bagian penting.

Kotak hitam menjadi harapan terbesar untuk bisa mengungkap misteri di balik jatuhnya Air Asia QZ 8501. Bila investigasi usai, harapannya adalah bangsa ini bisa belajar dari kesalahan yang terjadi. Agar setiap penerbangan di atas kepulauan ini bisa lebih aman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement