REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan memperkirakan keberadaan kotak hitam pesawat AirAsia QZ 8501 tidak jauh dari lokasi jatuhnya pesawat tersebut.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Bobby Mamahit dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa mengatakan pergerakan kotak hitam diperkirakan mengarah ke timur sesuai dengan arah angin.
"Kalau kita perkirakan enggak terlalu jauh karena yang ditemukan juga masih serpihan pesawat di sekitar itu," kata Bobby.
Ia mengatakan kendala yang paling berat, yakni cuaca karena anginnya sangat kencang, sehingga memicu ketinggian ombak hingga lima meter.
"Apabila cuaca mendukung, bisa segera diketahui, tiga hari pun sudah selesai, karena ini cuacanya buruk jadi terhambat, dan malam hari tidak bisa dilakukan pencarian," katanya.
Dengan demikian, lanjut dia, pencarian kotak hitam tidak bisa menggunakan kapal ukuran kecil, seperti KN Trisula dan seharusnya menggunakan kapal navigasi.
"Kalau kapalnya besar, akan semakin maksimal, kapal kecil sulit," katanya.
Selain itu, kendala lainnya yakni kondisi air laut yang berpasir, sehingga membuat jarak pandang semakin karuh serta dipenuhi karang.
"Sebetulnya, kondisi lautnya tidak terlalu dalam karena sejarahnya dulu Kalimantan dan Sumatera bersatu, laut dibentuk karena es yang meleleh," katanya.
Bobby menyebutkan pihaknya juga telah menggunakan peralatan untuk mencari kotak hitam tersebut, di antaranya "scanner sonar", "finger locator", "mutli beam echo founder" dan "remotely operated vehicle".
Selain itu, juga Ditjen Perhubungan Laut telah mengerahkan 11 kapal, yakni tujuh kapal navigasi dan empat kapal patroli Kesatuan Pengamanan Laut dan Pantai (KPLP).
Kapal-kapal tersebut, di antaranya KN Andromeda, KN Alnilam, KN Mitra Utama, KN Jadayat, KN Alugara, KN Sarotama, KN Cundamani, KN Trisula, KN Bimasakti Utama dan KN Arcturus.