REPUBLIKA.CO.ID, Oman (57 tahun) bergegas mengambil sapu lidi dan serok usai kerumunan orang perlahan meninggalkan Tugu Adipura, Kota Tasikmalaya. Tak lama sebelum itu, gemerlap kembang api menghiasi langit kota yang memiliki semboyan Kota Resik.
Akan tetapi, kata resik atau bersih ternyata tidak sesui dengan kondisi lokasi pusat perayaan pergantian tahun baru masehi di kota itu. Sampah-sampah mulai dari kertas, dedaunan, dan plastik tampak berhamburan di sepanjang Jalan HZ Mustofa.
Dengan cekatan, Oman dan beberapa petugas lain segera menuju pos masing-masing untuk mengembalikan kecantikan jalan protokol itu. Selama 25 tahun bekerja sebagai petugas kebersihan di Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Kebersihan Kota Tasikmalaya peristiwa itu sudah rutin Oman alami.
Menurut Oman, tak hanya tahun baru tapi juga kegiatan lain yang dipadati masyarakat seringkali menyisakan sampah. "Ya susah juga meminta semua orang untuk buang sampah pada tempatnya," ujar Oman, Kamis (1/1).
Oman yang biasanya hanya bertugas hingga tengah malam pun harus menambah jam kerjanya hingga dini hari untuk membersihkan sampah sisa perayaan tahun baru.
Oman mengaku tidak ada penghasilan tambahan meski harus bekerja ekstra. Sebagai pegawai honorer, ia mendapatkan gaji rutin Rp 1,5 juta per bulan. "Yang penting ikhlas bekerja dan halal," ujar ayah empat anak itu.
Harapan Oman tidak muluk-muluk. Ia hanya ingin warga sadar untuk membuang sampah pada tempatnya sehingga Kota Tasikmalaya benar-benar bisa menjadi kota Resik.
Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman mengaku seluruh armada kebersihan telah disiagakan untuk menangani persoalan sampah tersebut. "Sampah merupakan tanggung jawab kita bersama sehingga masyarakat diharapkan bisa menjaga lingkungan," ujar Budi.
Sementara itu, dalam menyambut 2015, Budi mengaku kondusivitas di Tasikmalaya harus terus dijaga. Sehingga iklim pembangunan terus positif. Budi juga mengimbau seluruh aspek untuk bekerja keras menghadapi tahun baru yang penuh persaingan terutama menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.