REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengharapkan insiden hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura tidak menimbulkan rasa khawatir kepada konsumen pengguna transportasi udara dan mengganggu industri penerbangan nasional secara keseluruhan.
"Saya pikir, masyarakat sebagai calon penumpang yang akan bepergian tidak perlu khawatir, karena maskapai penerbangan, pemerintah dan bandara siap melayani konsumen dalam merayakan tahun baru," ujarnya di Jakarta, Senin.
Sofyan mengatakan, berdasarkan kesimpulan sementara, dugaan penyebab utama hilangnya pesawat Airbus 320-200 itu karena faktor cuaca buruk dan bukan karena human error, sehingga sulit bagi manusia untuk mengantisipasi kondisi alam seperti ini.
"Kecelakaan pesawat seperti ini jarang terjadi, karena faktor cuaca, atau hal-hal diluar kontrol. Sejauh ini yang kita dengar soal AirAsia itu karena faktor cuaca, meskipun baru kesimpulan sementara. Kita akan terus mencari puing-puing dan 'black box'nya hingga ketahuan sumber masalahnya," ujarnya.
Sofyan pun mengharapkan proses pencarian pesawat yang telah hilang kontak selama 24 jam lebih tersebut segera menemukan titik terang dan ada upaya perbaikan sistem, apabila terdapat unsur kelalaian dalam insiden pesawat berpenumpang 155 orang itu.
"Mudah-mudahan hari ini cuaca baik, kemudian upaya konkret yang melibatkan semua lini dan pihak lain, dapat ikut membantu proses pencarian. Perbaikan dari semua sistem tentu akan selalu ada. Mudah-mudahan tidak ada unsur kesalahan dari pihak manusia, terutama didarat," katanya.
Pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ8501 membawa 155 orang penumpang berangkat dari Bandara Juanda Surabaya pada pukul 05.35 WIB dan hilang kontak di perairan Pulau Belitung dengan titik koordinat 03.22.46 LS dan 108.50.07 BT.
Pesawat Airbus 320-200 itu membawa sebanyak 155 orang penumpang yang terdiri dari 138 orang dewasa, 16 orang anak-anak dan satu orang balita. Di dalam pesawat terdapat warga negara asing dan awak kabin yakni Singapura, Inggris, Malaysia, Perancis, masing-masing satu orang dan warga Korea Selatan tiga orang.