Jumat 26 Dec 2014 02:57 WIB

Tsunami Bawa Aceh Lebih Dekat Dengan Islam

Rep: c84/ Red: Joko Sadewo
Tsunami Aceh
Tsunami Aceh

REPUBLIKA.CO.ID, NAGGROE ACEH DARUSSALAM -- Peringatan sepuluh tahun tragedi Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam akan berlangsung pada Jumat (26/12) hari ini. Islam Online menyatakan bahwa tragedi tersebut membawa Aceh lebih dekat dengan nilai-nilai keislaman.

Tragedi yang terjadi pada 26 Desember 2004 lalu itu menewaskan sekitar 169 ribu orang. Sementara, lebih dari 40 ribu orang tewas di tempat lain, terutama di Thailand, India dan Sri Lanka.

Menghadapi kehancuran setelah tsunami,Islam Online  mengabarkan bahwa masyarakat Aceh semakin dekat dengan nilai-nilai agama dan menjadi tragedi tersebut sebagai ujian dari Allah SWT. "Aceh memiliki cara hidup yang baru sekarang," ujar Ramli Sulaiman, mantan pejuang Gerakan Aceh Merdeka yang bertugas di parlemen provinsi kepada Wall Street Journal, Kamis (25/12) kemarin.

Bencana besar ini juga menghancurkan sekitar 141 ribu rumah di Aceh, menyebabkan kerusakan sejumlah infrastruktur bangunan serta meninggalkan seperempat dari penduduk Aceh sebagai pengangguran. Namun, bencana tersebut juga memberikan harapan baru bagi warga Aceh dimana berakhirnya perang saudara yang sudah berlangsung selama lebih dari tiga dekade.

Selain itu, hampir bantuan sekitar lima juta dollar Amerika datang dari dunia internasional agar Aceh dapat segera melakukan rekosntruksi pembangunan. Saat ini, Aceh merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang memberlakukan Syariat Islam. "Agama (Islam) dan Aceh seperti daging dan darah," ujar Gubernur Zaini Abdullah, mantan pemimpin GAM yang tinggal selama bertahun-tahun di pengasingan di Swedia dalam sebuah wawancara.

Aceh yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera, merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang memungkinkan hukuman cambuk. Wilayah ini telah diberikan otonomi dari pemerintah pusat di Jakarta berdasarkan UU Otonomi Khusus 2001.

Meski demikian, Pejabat Aceh mengatakan aturan hukum Islam di Aceh tidak sekeras seperti yang terjadi di negara-negara lain. "Kami tidak membunuh, melempar batu, memotong tangan atau sesuatu seperti itu," kata Syahrizal Abbas, Kepala Badan Islam Syariah di Aceh. Abbas menambahkan tujuan utama hukum Islam di Aceh adalah untuk memperbaiki perilaku warganya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement