Kamis 25 Dec 2014 12:20 WIB

Soal Revitalisasi Teluk Benoa, Ini Pandangan Industri Pariwisata

Pemandangan jalan tol Benoa-Bandara Ngurah Rai-Nusa Dua difoto dari udara di Perairan Teluk Benoa, Nusa Dua, Bali. (Antara/Satya Bati)
Foto: Antara/Satya Bati
Pemandangan jalan tol Benoa-Bandara Ngurah Rai-Nusa Dua difoto dari udara di Perairan Teluk Benoa, Nusa Dua, Bali. (Antara/Satya Bati)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedy mengatakan, Bali memang tetap menjadi ikon pariwisata Indonesia. Masyarakat luar negeri selalu menanyakan soal Bali bila ada promosi wisata.

Hanya saja, kata dia, saat ini Bali menarik bagi turis yang belum pernah berkunjung atau baru pertama kali berkunjung (first comer). Wisatawan yang pernah ke Bali, mereka selalu mencari destinasi wisata lain di luar sentra Kuta, dan Legian. 

Mereka menginginkan wisata yang nyaman, dipenuhi fasilitas, mudah akses, dan tidak macet.

"Mereka mencari beyond Bali. Bali bisa bergeliat lagi dengan menawarkan pusat-pusat destinasi wisata baru. Khususnya, destinasi di luar sentra Kuta, Legian, dan Denpasar. Karena di situ jalanan sudah macet," ujar Ketua Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Indonesia (Gahawisri) itu.

Karenanya, ujar dia, perlu dibangun destinasi wisata baru di luar sentra yang sudah berkembang yang menawarkan kenyamanan, akses yang mudah, dan tidak macet. Ia pun mengapresiasi rencana revitalisasi di Teluk Benoa. 

Rencana itu, katanya, diharapkan mampu menggeliatkan kembali wisata di Bali. Sehingga pamor pulau dewata kembali meningkat dan tak kalah saing dengan wisata di negara Asean lainnya.

"Selama masyarakat Bali menerima revitaliasi Teluk Benoa, maka itu tidak masalah. Tapi harus tetap perhatikan faktor lingkungan," ucap Didien.

Apalagi, fakta kondisi Teluk Benoa yang memprihatinkan. Terjadi pendangkalan yang dikhawatirkan berdampak terhadap kehidupan hutan mangrove akibat sedimentasi. 

Bahkan, sekarang ini Teluk Benoa dipenuhi sampah. Baik sisa pembangunan jalan tol, maupun sampah rumah tangga. Setiap hari tidak kurang sampah yang diangkut mencapai empat truk.

Kondisi ini mendorong pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 51/2014 yang membolehkan dilakukan revitalisasi di teluk Benoa yang luas keseluruhannya mencapai 3.300 hektare. Terdiri hutan mangrove 1.400 hektare dan sisanya perairan yang telah alami sedimentasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement