Selasa 23 Dec 2014 14:17 WIB

Jakarta Paling Rawan Kematian Polisi

Rep: C13/ Red: Erdy Nasrul
Ketua Prisidium Indonesian Police Watch, Neta S Pane (kiri)
Foto: Republika/Tahta Adilla
Ketua Prisidium Indonesian Police Watch, Neta S Pane (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia Police Watch (IPW) menilai Jakarta sebagai kota yang paling rawan kematian bagi Polisi. Ketua IPW, Neta S Pane, mengungkapkan, telah terjadi 12 peristiwa di Jakarta. Peristiwa tersebut telah menyebabkan empat polisi tewas. Kemudian, lanjutnya, Sembilan polisi telah mengalami luka-luka. “Posisi kedua, Jawa Barat,” ungkat Neta melalui siaran pers kepada Republika Online (ROL), pada Selasa (23/12). Menurutnya, telah terjadi 10 peristiwa di tanah sunda ini. Sekitar delapan polisi telah tewas dan enam orang mengalami luka.

Neta mengungkapkan, posisi ketiga dipegang oleh Papua. Menurutnya, di provinsi ini telah mengalami sembilan peristiwa. Peristiwa ini telah menyebakan delapan polisi tewas dan 10 orang terluka. Selanjutnya, ujar Neta, Jawa Timur telah mengalami tujuh peristiwa. Ini pun telah menyebabkan lima polisi tewas dan empat orang terluka. “Kemudian, kota selanjtnya adalah Riau,” ujarnya. Menurutnya, telah terjadi empat peristiwa di kota ini. Peristiwa ini telah membuat dua polisi tewas dan dua orang terluka.

Kota terawan kematian Polisi berikutnya, Sulawesi Selatan. Di tempat ini telah terjadi tiga peristiwa dengan satu polisi tewas dan dua orang terluka. Neta menyatakan, ada hal yang menarik dari kawasan-kawasan tersebut. Menurutnya, selama ini daerah rawan konflik seperti Aceh, Maluku, dan Sulteng ternyata di 2014 menjadi daerah yang relatif aman bagi polisi. Meski, jelasnya, di Sulawesi Tenggara harus kehilangaa satu polisi. Neta mengungkapkan, tingginya angka kematian polisi saat menjalankan tugas ini perlu dicermati Mabes Polri. Apalagi, tambahnya, jumlah ini meningkat sejak lima tahun terakhir.

Namun, menurut Neta hal yang paling memprihatinkan, yakni kematian polisi akibat ditembak rekannya sendiri yang terus meningkat. Menurutnya, hal ini telah menunjukkan bahwa sesama polisi tidak bisa menahan emosi dan lebih mengedepankan arogansi.

Untuk itu, Neta berharap jajaran Polri lebih bisa mawas diri, terlatih, peka, tidak emosional dan arogan ke depannya. Sehingga, lanjutnya, angka kematian polisi saat bertugas bisa ditekan. Selain itu, ini diharapkan tidak lagi menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement