Rabu 17 Dec 2014 20:14 WIB

KSAD: TNI AD Pesan Tujuh Helikopter Apache

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Erik Purnama Putra
Helikopter buatan AS jenis AH-64 Apache (ilustrasi)
Foto: Reuters/Kim Hong-Ji
Helikopter buatan AS jenis AH-64 Apache (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staff Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memastikan, kualitas Multiple Launcher Rocket (MLRS) buatan Brasil lebih baik ketimbang jenis MLRS buatan Rokestan yang berasal dari Turki. Sebelumnya, TNI AD sempat mendatangkan MRLS Astros II, namun sempat muncul dugaan kerugian uang negara dalam pengadaan alutsista tersebut.

Sebelumnya, pembelian Astros II sempat disoroti lantaran dianggap terlalu mahal. Padahal, spesifikasi dari Astros II dan MRLS buatan Rokestan tidak jauh berbeda. Namun, harga yang ditawarkan dari pihak Turki memang lebih murah. Atas pembelian ini, negara dianggap merugi hingga mencapai satu triliun.

Namun, Gatot menjelaskan, parameter dalam menilai mahal atau tidaknya alutsista bukan berdasarkan harga yang diberikan, tetapi dari kemampuannya, akurasi, dan daya ledak. Jadi tidak bisa dibandingkan begitu saja. Gatot pun dengan sangat yakin menyebut, kemampuan Astros II lebih bagus dari MLRS buatan Rokestan asal Turki.

''Setiap persenjataan yang dibeli Angkatan Darat adalah persenjataan yang sudah lebih dulu diuji di pertempuran atau battle proven,'' kata Gatot kepada wartawan usai mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau pameran Alutsista TNI AD di Lapangan Monas, Rabu (17/12).

Gatot pun menyebutkan, saat ini TNI AD tengah menunggu kedatangan Helikopter Apache. Pihak TNI AD telah memesan tujuh Helikoter Apache. "Dan itu mungkin baru bisa dilengkapi pada 2017 karena butuh waktu," lanjut Gatot.

Selain itu, TNI AD juga berencana menambah kekuatan helikopter dengan mendatangkan MI17 dan helikopter Bell. Pasalnya, helikopter jenis ini dianggap sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Kemudian ada pula berbagai jenis tank, seperti light tank dan medium.

Namun, Gatot menyebut, semua kebijakan pembelian alutsista ini akan disesuaikan dengan anggaran yang diberikan kepada TNI AD. Selain itu, untuk beberapa alutsista, TNI AD akan memprioritaskan diri kepada industri dalam negeri, seperti panser Anoa buatan PT Pindad.

KSAD menambahkan, dalam renstra keduan khusus untuk penambahan alutsista dalam negeri, TNI AD akan menambah panser Anoa, khususnya Anoa amphibi. Panser ini pun sudah lulus uji. "Anoa sudah kami pesan, tapi yang khusus amphibi, di laut juga bisa. Beberapa waktu lalu sudah diuji dan disaksikan oleh Menhan dan hasilnya cukup bagus. Tapi kemampuan produksi Pindad kan terbatas. Ini juga yang harus dipercepat,'' tutur Gatot.

Sementara terkait rencana peningkatan anggaran pertahanan, Gatot mengungkapkan, TNI akan mendapatkan 96 triliun rupiah lebih dan angka ini akan dibagi ke TNI AD, AU, AL, dan Mabes TNI. Namun untuk rincian besaran pembagiannya, Gatot menyerahkan sepenuhnya kepada Mabes TNI.

Namun, Gatot menambahkan, berapa pun anggaran yang diberikan kepada TNI AD, 68 persen bakal dialokasikan ke belanja pegawai atau gaji. "Jadi maksimal hanya 32 persen dari anggaran itu yang bisa dialokasikan untuk belanja barang dan alutsista," ungkap Gatot.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement