REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tim Mitigasi Bencana Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada berdasarkan hasil penaksirannya menyimpulkan tiga kecamatan di Kabupaten Banjarnegara masih berpotensi terjadi longsor.
"Tiga Kecamatan itu yakni Wanayasa, Pagentan serta Karangkobar," kata Anggota Tim Mitigasi Bencana Fakultas Teknik UGM, Dr Teuku Faisal Fathani kepada wartawan di Kampus UGM, Yogyakarta, Senin (15/12).
Sebelumnya, UGM telah menurunkan Tim Mitigasi Bencana Fakultas Teknik UGM di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, pada Sabtu (13/12) untuk mengetahui penyebab longsor serta memastikan kebutuhan korban khususnya di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar.
Menurut dia, tiga kecamatan yang dikategorikan sebagai zona rawan longsor itu khususnya yang memiliki radius 7 hingga 10 kilometer dari Dusun Jemblung, Kecamatan Karangkobar.
Pemetaan itu, menurut dia, berdasarkan identifikasi daerah yang rawan longsor dengan mengacu sumber peta, citra satelit, data cuaca, serta data lokasi permukiman yang terjadi gerakan tanah.
Pada tiga zona rawan itu, menurut dia, ditemukan simtom retakan. Zona itu memiliki lapisan tanah yang tebal yang dibentuk oleh proses alterasi atau pelapukan yang berasal dari dalam bumi. Selain itu zona tersebut berada di lereng yang curam sehingga memiliki potensi longsor lebih besar di banding zona lainnya.
Apalagi, kata dia, ketiga Kecamatan itu juga sebagian dilewati jalur patahan, di mana struktur batuan yang dilalui patahan itu cenderung rapuh.
"Tapi titik kerawanan yang terbesar memang masih ada di Kecamatan Karangkobar," kata dia.
Sementara itu, Anggota Tim Mitigasi Bencana UGM lainnya, Dr Wahyu Wilopo merekomendasikan agar pemerintah segera melakukan pemetaan lebih mendetail ke spot-spot yang dianggap rawan di tiga kecamatan itu.
"Kami harapkan pemerintah segera melakukan pemetaan ke spot-spot yang langsung menyasar ke permukiman masyarakat yang rawan," kata Wahyu.
Sementara itu, bagi masyarakat setempat, kata dia, perlu melakukan upaya evakuasi ketika lamanya hujan hampir mencapai 2 jam atau memiliki volume hujan 50 milimeter per jam.
"Sebab 95 persen bencana longsor di Indonesia selama ini memang dipicu oleh hujan," kata dia.