REPUBLIKA.CO.ID, Kenaikan harga LPG, kata dia, berimbas pada seluruh kalangan sampai pada harga makanan kaki lima. Ia mencontohkan penjual nasi goreng yang sering mangkal di pertigaan jalan. Penjual itu sudah tidak lagi menggunakan LPG tabung kecil.
Untuk berhemat mereka menggunakan tabung yang lebih besar. Padahal sejak kenaikan BBM harga nasi goreng tidak naik, setelah kenaikan LPG nanti mereka tentu akan lebih pusing dengan harga nasi yang akan mereka jual.
“Saya masih bisa berpikir tentang kenaikan harga ini, tapi bagaimana dengan mereka yang menengah ke bawah,” kata pengusaha mebel asal Pati, Jawa Tengah ini menerangkan.
Selain Sulistiyo Hardi, warga Lebak Bulus Darmawan meminta kenaikan harga LPG jangan mengikuti kenaikan harga BBM. Imbas kenaikan harga BBM masih terasa. Ia mengaku kesulitan mencari tambahan untuk biaya anak sekolah.
Hasil kerja yang ia dapatkan sebagai supir taksi bisa habis karena memikirkan kebutuhan dapur dan ongkos angkutan umum untuk anak-anaknya. Sehingga pendapatan dan pengeluaran dalam sebulan sudah tidak sebanding.
Pengeluaran dalam sebulan tidak sebanding dengan gaji yang ia dapatkan sebagai supir taksi. “Kalau begini bunuh saja masyarakat,” protes Darmawan.