Ahad 14 Dec 2014 18:42 WIB

Hamil 7 Bulan, Bawon Berlari di Atas Tanah Longsor

Rep: Eko Widiyanto/ Red: Bayu Hermawan
   Sejumlah personel SAR dan TAGANA, mengevakuasi korban longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jateng, Sabtu (13/12). (Antara/Idhad Zakaria)
Sejumlah personel SAR dan TAGANA, mengevakuasi korban longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jateng, Sabtu (13/12). (Antara/Idhad Zakaria)

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Setiap kejadian bencana, menyuguhkan banyak cerita duka dari para korbannya. Terlebih pada bencana yang menelan korban cukup besar, seperti pada bencana tanah longsor di Dukuh Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara, Jumat (12/12).

Sejauh ini, belum diketahui dengan pasti berapa jumlah korban yang tertimbun tanah longsor. Namun dari cerita Kepala Desa Jemblung, Slamet, diperkirakan ada 35 rumah warga desanya tertimbun longsor. ''Dari jumlah rumah sebanyak itu yang tertimbun longsor, kami perkirakan ada 100 orang yang menjadi korban,'' jelasnya, Ahad (13/12).

Dengan jumlah korban sebanyak itu, sebagian berhasil selamat. Namun sebagian besar lainnya, diperkirakan akan sulit selamat mengingat mereka tertimbun longsoran tanah yang tebalnya hingga belasan meter.

Mereka yang selamat, kebanyakan adalah korban yang bisa ditemukan warga yang berjibaku mencari korban pada Jumat (13/12) malam sesaat setelah kejadian, serta korban yang ditemukan pada Sabtu pagi seusai subuh.

Sedangkan mereka yang kemudian ditemukan pada siang hari, umumnya sudah dalam keadaan meninggal dunia. Sejauh ini, berdasarkan data di Puskesmas Karangkobar, jumlah yang selamat dengan kondisi luka berat-ringan ada 15 orang.

Hampir seluruhnya, dirujuk ke RSUD Banjarnegara karena mengalami luka cukup berat yang kebanyakan mengalami luka patah tulang. Sedangkan yang ditemukan meninggal, ada 20 orang. Dari cerita para korban selamat ini, cerita dramatis bagaimana peristiwa dahsyat itu diceritakan.

Seperti Bawon (27), ibu rumah tangga yang sedang hamil 7 bulan. Dia yang tinggal sekitar 1 km dari tebing yang longsor, mengaku sempat menyaksikan tanah bergulung-gulung menghampirinya.

Bawon yang kini masih dirawat di Puskesmas Rawat Inap Kecamatan Karangkobar, mengaku ketika kejadian longsor itu terjadi, dia bersama suaminya, Junu (35) dan seorang  anaknya yang masih berusia 6 tahun, sedang berada dalam rumah.

Pada saat itu, dia mendengar suara teriakan warga yang menjerit-jerit dan panik sehingga dia dan suaminya  ke luar rumah.  ''Waktu itu saya lihat, gulungan tanah bergerak menuju pemukiman kami,'' katanya.

Tanpa pikir panjang, suaminya langsung menarik tangannya dan sambil menggendong anaknya berlari menghindari gulungan tanah. Namun mereka kalah cepat dengan gulungan tanah yang longsor. ''Waktunya sangat cepat, mungkin tidak sampai 5 menit semuanya kemudian menjadi rata dengan tanah,'' jelasnya.

Namun dia merasakan pegangan tangan suaminya kemudian terlepas, sementara suami dan anaknya kemudian tergulung longsoran tanah.

''Saat itu saya sudah tidak ingat apa-apa lagi. Saya hanya merasakan seperti berlari di atas gulungan tanah. Sedangkan suami saya semakin menjauh dan tenggelam terkubur tanah,'' katanya sendu.

Ketika ditemukan warga yang melakukan pencarian korban Jumat (12/12) malam, dia hanya terbenam sedikit di bagian kaki. Yang membuat takjub, kondisi Bawon hanya sekedar mengalami luka lecet. Bahkan kandungannya yang berusia 7 bulan, menurut petugas medis di puskesmas tersebut juga dalam keadaan sehat.

''Alhamdulillah, Ny Bawon serta janin yang dikandungnya masih sehat. Detak jantung janinnya juga masih normal. Namun kami minta agar jangan ditanyai terlalu banyak dulu, karena kami khawatir yang bersangkutan masih trauma dan bisa menyebabkan stres,'' kata bidan senior Puskesmas Karangkobar, Umi Qosidah.

Bawon hingga Ahad (14/12) pagi masih dirawat di Puskemas Karangkobar, dengan ditemani beberapa ibu, bapak dan saudaranya.

Lain lagi cerita yang dialami Partinah (30). Dia adalah penghuni rumah satu-satunya di bawah tebing longsor, yang masih utuh. Sementara di sekelilingnya, tertimbun runtuhan longsor yang tingginya mencapai lebih dari semeter.

Meski demikian, dari empat orang penghuni rumah itu, hanya Partinah sendiri yang selamat. Sementara suaminya, Sukamto (35) serta dua orang anaknya yang masing-masing masih berusia 7 dan 12 tahun, belum diketahui nasibnya.

Saat ditemui di lokasi pengungsian di kantor Kecamatan Karangkobar, Partinah mengaku saat kejadian longsor berlangsung, dia dan semua keluarganya memang sempat berusaha menyelamatkan diri dengan brlari meninggalnya rumahnya.

''Saya tidak tahu, kalau rumah saya menjadi satu-satunya rumah yang masih utuh. Bila kami sekeluarga tetap berada dalam rumah, mungkin kami sekeluarga bisa selamat,'' katanya.

Namun menyebutkan, saat berusaha menyelamatkan diri tersebut, dia dan suaminya kemudian tergulung longsoran tanah.

''Saya sendiri tidak tahu kenapa saya bisa selamat. Saya tidak tahu bagaimana kondisi suami dan dua anak saya sekarang, karena kondisinya saat itu benar-benar panik,'' katanya sambil menangis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement