REPUBLIKA.CO.ID, WATES – Tiga mega proyek di Kabupaten Kulonprogo, Bandar Udara Internasional, Pabrik Pasir Besi dan Dermaga Adikarta telah didesain tahan bencana tsunami. Sehingga diharapkan hasil rancangan tersebut dapat meminimalisir korban jika terjadi bencana tersebut.
Demikian diungkapkan Triyono, Asisten Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian Pembangunan dan Sumber Daya Alam (SDA) ketika memberikan materi sosialisasi masterplan pengurangan resiko bencana tsunami di Glagah, Kulonprogo, DIY, Kamis (4/12).
“Pembangunan bandara maupun mega proyek lainnya sudah melalui penelitian dari kemungkinan ancaman bencana alam termasuk tsunami,” kata Triyono.
Lebih lanjut Triyono mengatakan bukan hanya tiga mega proyek yang diwajibkan memperhatikan potensi bencana. Tetapi seluruh bangunan yang ada di kawasan pesisir Kulonprogo harus disesuaikan dengan karakteristik bencana di wilayah tersebut.
“Seluruh bangunan harus berorientasi pada pengurangan resiko bencana, sedang bangunan public harus dilengkapi alat pemadam kebakaran (Apar) atau hydrant dan petunjuk evakuasi,” katanya.
Sementara Untung Waluyo, Kepala Pelaksana BPBD Kulonprogo menyampaikan keinginannya untuk dilibatkan dalam proses pemberian izin bangunan. Ia mengharapkan masyarakat yang akan membangun di kawasan rawan bencana tidak diberikan izin karena jika sewaktu waktu ada bencana dan terjadi kerusakan mereka akan minta ganti rugi ke pemerintah dan akan merepotkan.
“Bangunan di tepi pantai yang menghadap selatan tetap harus memiliki pintu belakang untuk jalur evakuasi jika terjadi tsunami,” kata Untung.
Kulonprogo memiliki pantai yang menghadap Samudra Hindia sepanjang 24 km dari pantai Congot sampai Trisik. Wilayah pantai ini berpotensi ancaman tsunami karena jalur gempa bumi di Indonesia meliwati Samudra Hindia.
Pemda Kulonprogo bertekad untuk mengurangi resiko bencana tsunami ini memperkuat kapasitas masyarakat dengan membentuk Forum PRB Desa dan Sekolah Siaga Bencana. Selain itu pemasangan sirine peringatan dini tsunami dan pemasangan rambu jalur evakuasi.