REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mabes Polri telah mengonfirmasi adanya penembakan yang menewaskan dua anggota Brigade Mobil (Brimob), di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Rabu (3/12) pagi.
Penembakan ini dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang biasa beraksi di Kabupaten Puncak Jaya.
Dua anggota Brimob itu merupakan anggota Brimob Detasemen A Kotaraja, yang tengah diperbantukan atau di-BKO-kan (Bawah Kendali Operasi) di Polsek Ilaga, Kabupaten Puncak. Kedua korban tersebut bernama Aiptu Thomson Siahaan dan Bripda Jeferson. Penembakan itu terjadi tepat di depan kantor Bupati Ilaga, Kabupaten Puncak.
Tidak hanya itu, dua pucuk senjata AK milik anggota Brimob itu pun dibawa lari oleh pelaku penembakan tersebut, yang diduga merupakan anggota KKB. Usai melakukan penembakan tersebut, para pelaku yang dilaporkan beranggota empat orang langsung melarikan diri ke arah hutan.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol Ronnie F Sompie, mengungkapkan, kini kepolisian yang langsung dipimpin Kapolres dan jajaran petinggi Polda Papua telah berkoordinasi dengan pihak TNI setempat untuk melakukan pengejaran terhadap para pelaku penembakan tersebut.
Ronnie mengakui, kondisi lapangan di wilayah Papua Timur, khususnya Kabupaten Puncak, memang cukup berat dan rentan terjadi aksi penembakan-penembakan misterius yang dilakukan oleh KKB yang banyak berada disana dan gangguan keamanan.
Belum lagi, serangan-serangan KKB itu cukup sulit untuk diprediksi dan adanya bantuan suplai senjata kepada KKB yang dilakukan pihak-pihak asing.
"Artinya serangan-serangan itu bisa terjadi kapan saja dan anggota kami tidak bisa lengah sedikitpun," tutur Ronnie kepada Republika, Rabu (3/12).
Saat ini, lanjut Ronnie, Mabes Polri akan melakukan evaluasi menyeluruh soal insiden penembakan ini. Sebagai bentuk evaluasi itu, Mabes Polri akan melakukan penyelidikan lanjutan. "Kenapa serangan-serangan seperti ini bisa terjadi dan kenapa tidak bisa dicegah sebelumnya," tutur Ronnie.
Untuk itu, pihak kepolisian akan terus menjalin kerjasama dengan pemerintah setempat agar bisa menghimbau masyarakat untuk bisa memberikan informasi-informasi tertentu terhadap aparat penegak hukum.
Dukungan dan bantuan dari masyarakat itu diharapkan bisa membantu mencegah adanya serangan-serangan serupa di kemudian hari.
Aksi-aksi KKB ini, ungkap Ronnie, memang kerap merugikan masyarakat seperti adanya pencegatan pasokan sembako atau BBM untuk masyarakat.
"Nantinya akan diatur bagaimana mekanisme pemberian informasi itu agar tidak berakibat buruk terhadap masyarakat itu sendiri," tutur Ronnie.
Selain itu, Ronnie juga mengungkapkan, kesulitan terbesar aparat kepolisian untuk menumpas KKB adalah terbatasnya, baik dari segi kualitas ataupun kuantitas, dari persenjataan yang mereka miliki. Alhasil, perlu ada peningkatan persenjataan khususnya di daerah-daerah rawan konflik.
"Kami juga harus mendapatkan senjata yang memadai untuk bisa menumpas semua kemungkinan munculnya aksi-aksi dari KKB," lanjut Ronnie.
Atas hal ini, Ronnie mengaku, kepolisian telah menyampaikan kondisi ini ke Presiden Joko Widodo saat rapat pertemuan antara presiden dengan Kapolda dan Kapolres seluruh Indonesia di Semarang, kemarin.
Presiden, kata Ronnie, telah memberikan perhatian atas masalah ini. Namun, memang masih harus didukung oleh Kementerian dan lembaga terkait, seperti Kemenkeu dan Bappenas.
Sementara terkait dua anggota Brimob yang tewas tertembak, Kepala Bidang Humass Polda Papua, Kombes Pol Sulistyo Pujo Hartono menyebutkan, dua anggota Brimob untuk sementara telah disemayamkan di Puskesmas Ilaga. Rencananya, besok pagi, dua jenazah anggota Brimob itu bakal langsung diterbangkan ke Jayapura.
Untuk mendalami kasus ini, Sulistyo mengungkapkan bakal ada sejumlah petinggi Polda Papua yang akan terjun langsung ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) lokasi penembakan. "Yang akan langsung ke Ilaga yaitu, Wakapolda, Kabid Humas, Kasat Brimob, Wadir Intel Polda Papua," kata Sulistyo kepada wartawan.