REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat mencatat sebanyak 1.143 orang positif mengidap AIDS dan 2.142 orang lainnya positif HIV selama periode 2005 hingga November 2014.
"Angka ini dari tahun ke tahun tidak berkurang, tetapi bertambah terus," kata Kepala Bidang Pencegahan Pemberatasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Dinas Kesehatan Kota Bogor, Eddy Dharma, dalam rapat kerja Komisi Penanggulangan HIV/AIDS, di Bogor, Senin (1/12).
Eddy menjelaskan, meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS tersebut cukup mencengangkan. Tetapi ini adalah pembuktian upaya penjaringan yang dilakukan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) dan komunitas membuahkan hasil, makin banyak penderita HIV/AIDS yang terungkap.
Dengan banyaknya jumlah tersebut, kata Eddy, menjadi sebuah peringatan agar upaya pencegahan dapat dilakukan secara maksimal. Terlebih dilihat dari jumlah kelompok berisiko HIV/AIDS mengalami pergeseran ke kelompok tidak berisiko.
Dalam data dari Dinas Kesehatan, jumlah penderita HIV/AIDS kebanyakan berasal dari pengguna jarum suntik atau narkoba sebanyak 1.265 orang, pasangan suami istri berisiko (risti) sebanyak 311 orang, homoseksual (LSL) sebanyak 197, waria 38 orang, 78 pelanggan penjaja seks, 70 WPS, 25 WB, 13 PPS dan 378 kelompok risiko lain.
"Tingginya jumlah kelompok risiko lainnya ini sangat memprihatikan, karena kelompok lain-lain ini diantaranya ibu rumah tangga, remaja SMP dan SD. Ini jadi tanda tanya dari mana mereka terkena penyakit ini," kata Eddy.
Bila dilihat dari usia penderita HIV/AIDS di Kota Bogor, tercatat usia di bawah empat tahun sebanyak 58 orang, usia 5-14 tahun sebanyak 63 orang, usia 15-19 tahun ada 187 orang, usia 20-24 tahun ada 392 orang, usia 25-49 tahun ada 1.074 orang dan usia di atas 50 tahun ada 29 orang.
Dilihat dari jumlah penderita HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin, jumlah perempuan semakin mendekati jumlah laki-laki yakni 731 orang, sedangkan laki-laki sebanyak 1.672 orang.
Eddy menyebutkan, Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Kesehatan dan KPAD terus berupaya dalam melakukan pencegahan adanya penderita baru dengan melakukan sosialisasi ke setiap kalangan.
Selain itu, beberapa program pencegahan sedang disiapkan di antaranya pemeriksaan tes HIV/AIDS bagi pasangan yang baru akan menikah, maupun pemeriksaan bagi ibu hamil di setiap puskesmas dan rumah sakit.
"Kita memiliki 24 puskesmas yang dapat melayani pemeriksaan HIV. Peran puskesmas terbagi dua yakni enam puskesmas rujukan, dan 18 puskesmas satelit. Kami juga siapkan dua rumah sakit rujukan terpadu," katanya.