Jumat 28 Nov 2014 20:17 WIB

IPW: Kapolri Sutarman Dari Dulu Sudah Gagal

Rep: C01/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
  Polisi menahan seorang pengunjukrasa saat terjadi bentrokan antara mahasiswa dan polisi di depan kampus Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar, Sulsel, Jumat (7/11). (Antara/Yusran Uccang)
Polisi menahan seorang pengunjukrasa saat terjadi bentrokan antara mahasiswa dan polisi di depan kampus Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar, Sulsel, Jumat (7/11). (Antara/Yusran Uccang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia Police Watch (IPW) mencatat ada beberapa kegagalan Sutarman  dalam memimpin Kepolisian Republik Indonesia selain bentrokan antara polisi dan mahasiswa. IPW bahkan menilai Joko Widodo seharusnya segera mengganti Sutarman setelah menjabat sebagai presiden.

Kekisruhan antara pihak kepolisian dan mahasiswa yang sampai menimbulkan korban jiwa dinilai IPW cerminan bahwa jajaran atas kepolisian tidak membimbing jajaran bawahnya menjadi polisi yang profesional. Kepolisian juga dinilai tidak mengedepankan dialog dengan koordinator lapangan (korlap) dari pihak pendemo dengan baik.

Aksi pengejaran mahasiswa ke mushala bahkan sampai menembaki mushala dengan gas air mata menunjukkan polisi kita semakin brutal. Selain kegagalan dalam pembinaan jajaran bawah kepolisian, hal lain yang dinilai gagal dari kepemimpinan Sutarman di Polri ialah struktur organisasi Polri.

IPW mencatat, banyak teman-teman satu angkatan Sutarman, yaitu Akpol ’81, yang menduduki jabatan stategis padahal beberapa di antaranya sudah akan memasuki masa pensiun. “Sutarman dari dulu sudah gagal sebenarnya,” jelas Ketua Presidium IPW Neta S. Pane pada ROL, Jumat (28/11).

Belum lagi, bentrokan TNI dan Polri di Batam yang dalam tiga bulan terjadi sebanyak dua kali. Neta juga menilai bentrokan warga di Lampung baru-baru ini, yang menyebabkan terbakarnya puluhan rumah warga, sebagai bentuk ketidakhadiran polisi di tengah-tengah masyarakat. “Kesalahan konsep ini tentu dari pimpinan kepolisian,” lanjut Neta.

Neta menyatakan Polri membutuhkan figur pemimpin yang benar-benar bisa membawa Polri menjadi polisi sipil yang profesional. Figur pemimpin ini juga perku untuk mengendepankan pola-pola pendekatan persuasif secara komprehensif kepada masyarakat, sehingga bentrokan di lapangan dapat ditekan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement