REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparringa mengatakan bahwa pengolahan jamu oleh industri mikro perlu sentuhan teknologi agar menghasilkan produk yang lebih tahan lama.
"Kalau jaman dulu jamu atau ramuan setelah dibuat langsung dikonsumsi, tapi sekarang, diproses dan dikemas untuk dikirim ke tempat lain sehingga membutuhkan bantuan teknologi," katanya di sela-sela acara "Enam Tahun Jamu Brand Indonesia" di Jakarta, Rabu (26/11).
Ia mengatakan, hal ini dilakukan agar produk yang mereka hasilkan bisa lebih higienis dan tidak cepat kadaluarsa sehingga dapat lebih kompetitif. "BPOM turut membantu usaha mikro, tetapi masih dalam skala kecil. Jika pemerintah membantu kami dengan anggaran yang lebih banyak, tentu akan dapat membantu industri mereka dengan lebih baik," ujarnya.
Saat ini, kata Roy Sparringa, BPOM telah bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Koperasi dan UKM dan Kementerian Perdagangan untuk menciptakan program terintegrasi untuk membantu industri mikro tersebut.
"Kami juga akan terus proaktif membantu mereka agar industri mikro jamu dapat lebih terangkat dan maju," kata dia.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Irwan Hidayat mengatakan jika dikelola dengan lebih baik, industri jamu menjadi peluang bisnis yang potensial. "Jamu banyak peluangnya, masyarakat bisa memanfaatkannya, mulai dari pertaniannya, bahan baku hingga pengolahannya, jadi, industri jamu harus lebih dikembangkan lagi," kata dia.