Selasa 25 Nov 2014 17:07 WIB

Wacana Pengurangan Jam Kerja Wanita tidak Efektif, tapi…

Rep: C01/ Red: Indira Rezkisari
Pekerja perempuan (ILustrasi)
Foto: Idtimes
Pekerja perempuan (ILustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Wacana Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) untuk mengurangi jam kerja wanita selama dua jam disambut baik oleh Sosiolog Musni Umar. Musni menilai, adanya pengurangan jam kerja dapat memberikan kesempatan bagi para ibu untuk lebih memperhatikan anak.

Musni menyambut baik adanya gagasan pengurangan jam kerja terhadap wanita seperti yang dilontarkan oleh JK kepada Persatuan Umat Islam (PUI). Pasalnya, ibu yang bekerja biasanya lebih banyak menghabiskan waktu untuk pekerjaannya, sehingga urusan anak lebih diserahkan kepada pihak lain, seperti pengasuh.

“Hal ini berisiko menimbulkan masalah seperti yang kerap muncul di pemberitaan,” terang Musni, Selasa (25/11).

Karena itu, Musni menilai wacana pengurangan jam kerja ini sebagai suatu gagasan yang bagus dan perlu dipertimbangkan. Penerapan wacana ini nantinya dapat membantu para ibu untuk lebih memperhatikan dan berperan dalam pendidikan anak-anaknya.

Pendidikan anak harus menjadi perhatian karena hal ini juga menyangkut masa depan dari generasi penerus bangsa. Akan tetapi, dengan penerapan jam kerja wanita yang sekarang, ibu yang bekerja memiliki waktu minim untuk anak-anaknya. “Karena itu, sebagai sosiolog dan pendidik saya memberi dukungan atas gagasan itu,” jelas Musni.

Musni mengakui, pengurangan jam kerja yang ‘hanya’ dua jam memang tidak begitu efektif dalam penerapannya. Akan tetapi, adanya pengurangan waktu bekerja masih jauh lebih baik daripada para ibu harus berangkat subuh dan pulang malam hanya untuk bekerja.

Yang digarisbawahi oleh Musni terkait wacana ini ialah, wacana ini akan efektif jika diterapkan kepada wanita yang memang sudah memiliki anak. “Bukan semua perempuan, hanya mereka yang sudah berkeluarga,” lanjut Musni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement